Ketika
menyaksikan banjir pada pagi hari tadi, saya jadi teringat materi TOT
(Trainining Of Trainer) Pengelolaan Wilayah Pesisir Terpadu (ICZPM) selama 21
hari di Puncak Bogor yang dilaksanakan oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan
pada September 2006, pada kesempatan ini saya ingin berbagi dengan sahabat
sekalian dengan meresume berbagai bahan ajar TOT, selamat membaca dan silahkan
menyimpulkannya.
Beberarapa
bulan terakhir ini kita merasakan Bumi semakin panas, tapi yang paling saya
rasakan sekali adalah, kalau biasanya saya cukup menyiram tanaman cukup sekali,
yakni pada pagi hari, sekarang saya harus menyiram tanaman 2 kali sehari pagi
dan petang, kalau tidak tanaman akan menjadi layu.
Meningkatnya suhu permukaan Bumi,
akan mengubah cuaca dan iklim diberbagai wilayah Bumi, terutama di daerah Kutup
Utara. Perubahan iklim ini akan berdampak cukup luas, karena saling berkait,
dimana :
- Gunung-gunung es akan mencair akibat peningkatan suhu
- Air tanah akan lebih cepat menguap sehingga beberapa daerah menjadi lebih kering dari pada sebelumnya.
- Pola cuaca menjadi tidak terprediksi dan lebih ekstrem; terjadi hujan ekstrem atau kekeringan ekstrem di berbagai wilayah
- Curah hujan akan meningkat dan badai akan sering terjadi
Kita
dapat bayangkan ketika mencairnya gunung-gunung es di kutub akan menyebabkan
Perubahan tinggi permukaan laut (Sea Level Rise). Kita dapat bayangkan,
seandainya terjadi kenaikan permukaan laut setinggi 50 cm, ketika pasang
tertinggi terjadi hujan deras yang cukup lama, kita dapat bayangkan pada daerah
kerendahan diwilayah pesisir, maka akan terjadi banjir besar yang seperti kita
saksikan tadi pagi di Kota Pariaman.
SLR
ini juga berdampak kepada akan berdampak kepada Meningkatkan proses
liquaifaction di daerah rawan gempa, dimana kekuatan dan kekakuan tanah
berkurang ketika terjadi Gempa. Tanah yang mengalami likuifaksi juga tekanannya
lebih tinggi pada dinding penahan yang dapat menyebabkan struktur tersebut
menjadi miring atau geser. Gerakan ini dapat menyebabkan penurunan tanah
(settlement) dan kerusakan struktur pada permukaan tanah, kondisi ini dapat
dilihat ketika terjadi gempa tahun 2009 yang lalu, dimana dilokasi SUPM
Pariaman air dari dalam tanah mucrat kepermukaan.
Penyebab Global warming
Telah
umum diketahui, salah satu masalah terbesar yang kita hadapi saat ini adalah
pemanasan global (Global Warming). Dampaknya pada bumi dan kehidupan seluruh
makhluk sungguh sangat menakutkan. Apa yang menjadi sebab terjadinya global
warming, sudah sangat sering diperdebatkan oleh komunitas ilmuwan, media,
bahkan politisi. Tetapi, sayangnya, kita masih saja terus memperbincangkan
penyebab seputar global warming, padahal akibat yang ditimbulkan setiap hari
semakin nyata dan terukur. Satu hal yang pasti, penyebabnya adalah siapa lagi kalau
bukan kita, umat manusia, dan akibat dari ini akan sangat terasa.
Berikut ini faktor penyebab
terjadinya pemanasan global:
1.
Polusi Karbondioksida dari
pembangkit listrik bahan bakar fosil
Ketergantungan kita yang semakin meningkat pada listrik dari
pembangkit listrik bahan bakar fosil membuat semakin meningkatnya pelepasan gas
karbondioksida sisa pembakaran ke atmosfer. Sekitar 40% dari polusi
karbondioksida dunia, berasal dari produksi listrik Amerika Serikat. Kebutuhan
ini akan terus meningkat setiap harinya. Sepertinya, usaha penggunaan energi
alternatif selain fosil harus segera dilaksanakan. Tetapi, masih banyak dari
kita yang enggan untuk melakukan ini.
2.
Polusi Karbondioksida dari
pembakaran bensin untuk transportasi
Sumber polusi karbondioksida lainnya berasal dari mesin
kendaraan bermotor. Apalagi, keadaan semakin diperparah oleh adanya fakta bahwa
permintaan kendaraan bermotor setiap tahunnya terus meningkat seiring dengan
populasi manusia yang juga tumbuh sangat pesat. Sayangnya, semua peningkataan
ini tidak diimbangi dengan usaha untuk mengurangi dampak.
3. Gas Metana dari peternakan dan
pertanian Gas metana menempati urutan kedua setelah karbondioksida yang menjadi
penyebab terdinya efek rumah kaca. Gas metana dapat bersal dari bahan organik
yang dipecah oleh bakteri dalam kondisi kekurangan oksigen, misalnya
dipersawahan. Proses ini juga dapat terjadi pada usus hewan ternak, dan dengan
meningkatnya jumlah populasi ternak, mengakibatkan peningkatan produksi gas
metana yang dilepaskan ke atmosfer bumi.
4.
Aktivitas penebangan pohon
Seringnya penggunaan kayu dari pohon sebagai bahan baku
membuat jumlah pohon kita makin berkurang. Apalagi, hutan sebagai tempat pohon
kita tumbuh semakin sempit akibat beralih fungsi menjadi lahan perkebunan seperti
kelapa sawit. Padahal, fungsi hutan sangat penting sebagai paru-paru dunia dan
dapat digunakan untuk mendaur ulang karbondioksida yang terlepas di atmosfer
bumi.
Penggunaan pupuk kimia yang berlebihan.
5.
Pada kurun waktu paruh terakhir abad
ke-20, penggunaan pupuk kimia dunia untuk pertanian meningkat pesat. Kebanyakan
pupuk kimia ini berbahan nitrogenoksida yang 300 kali lebih kuat dari
karbondioksida sebagai perangkap panas, sehingga ikut memanaskan bumi. Akibat
lainnya adalah pupuk kimia yang meresap masuk ke dalam tanah dapat mencemari
sumber-sumber air minum kita.
Cara Mengatasi Global Warming
Bagaimana cara mengatasi pemanasan
global (global warming):
1.
Jangan menebang pohon sembarangan
Pohon merupakan penghasil gas O2 (oksigen) terbesar di dunia. setiap hari kita
bernafas membutuhkan Oksigen,dan pohon-pohonlah yang setiap harinya menyediakan
oksigen untuk kita. Semakin sdikit pohon akan menyebabkan gas CO2 (karbon
dioksida) bisa dengan leluasa berkeliaran dan akhirnya membuat bumi semakin panas.
Terlepas dari itu kita bernafas menggunakan oksigen tanpa adanya oksigen
mungkin kita tidak akan bisa hidup sampai sekarang.
2.
Kurangi menggunakan kendaraan
pribadi Banyaknya pemakaian kendaraan pribadi akan menyebabkan borosnya
penggunaan bahan bakar. Kita semua tau bahwa setiap kendaraan berbahan bakar
minyak akan mengeluarkan gas pembuangan berupa CO2 dan CO, gas-gas ini bila
dalam jumlah yang besar dapat menimbulkan efek gas rumah kaca yang akhirnya
membuat terjadinya global warming semakin parah. Selama anda masih bisa untuk
menggunakan kendaraan umum gunakanlah kendaraan umum, hanya gunakan kendaraan
pribadi saat anda memang benar-benar membutuhkannya.
3.
Beralih dari kendaraan berbahan
bakar minyak dengan kendaraan berbahan bakar alami dan ramah lingkungan.
Kendaraan dengan bahan bakar yang ramah lingkungan misalnya adalah kendaraan
dengan bahan bakar listrik. Listrik selain harganya lebih murah ternyata juga
lebih ramah terhadap lingkungan jika dibanding dengan bahan bakar minyak.
Dengan menggunakan kendaraan berbahan bakar listrik anda tak perlu lagi risau
saat harga BBM (Bahan bakar Minyak) naik. 4. Mematikan lampu di siang hari Saat
bepergian ke daerah PLN saya sering sekali melihat sebuah poster dengan tulisan
"Kunang-kunang aja kalau siang matiin lampu". Masa kita mau kalah
sama kunang-kunang? Matikan lampu disaat siang hari, meskipun anda sanggup
untuk membayar tagihan listriknya namun kepedulian akan lingkungan juga
sangatlah penting.
4.
Mematikan lampu di siang hari Saat
bepergian ke daerah PLN saya sering sekali melihat sebuah poster dengan tulisan
"Kunang-kunang aja kalau siang matiin lampu". Masa kita mau kalah
sama kunang-kunang? Matikan lampu disaat siang hari, meskipun anda sanggup
untuk membayar tagihan listriknya namun kepedulian akan lingkungan juga
sangatlah penting.
5.
Menggunakan lampu hemat energi lampu
hemat energi sangat beragam jenisnya, ada lampu energi dengan bentuk XL seperti
Philip. Akhir-akhir ini muncul lagi lampu hemat energi terbarukan yang
pembuatannya berasal dari gabungan lampu LED (Light Emiting Diode). Lampu hemat
energi sejenis LED akan mampu menghemat energi bahkan lebih dari 60% sehingga
kebutuhan energi dalam negeri akan bisa tercukupi. Selain itu penggunaan energi
yang berlebihan juga akan menimbulkan terjadinya pemanasan global. Sekarang
kita bayangkan, di Indonesia masih banyak pembangkit listrik tenaga batubara.
Jika kita menggunakan energi secara boros tentu saja pembakaran batubara akan
semakin banyak, namun jika kita bisa berhemat maka pembakaran batubara bisa di
hemat pula. Pembakaran batubara ternyata juga menyumbangkan gas penyebab Global
warming yang sangat besar.
6. Melakukan Reboisasi (penanaman
kembali hutan gundul) Banyak tindakan yang telah dilakukan manusia seperti
merusak hutan hanya untuk mencari keuntungan sesaat. Tanpa disadari hutan yang
fungsinya sangatlah fital bagi manusia setiap harinya terus dirusak oleh
sebagian manusia yang tidak bertanggung jawab. Solusinya adalah dengan
menegaskan perundangan tentang perhutanan dan melakukan Reboisasi terhadap
hutan yang sudah gundul. Selain aksi dari penebangan hutan secara liar hutan
gundul juga bisa disebabkan karena kebakaran dan tanah longsor. Selain bisa
mencegah terjadinya Global Warming hutan juga bisa mencegah terjadinya banjir,
tanah longsor dan akan menjadikan suhu menjadi sejuk dan segar.
7.
Tanamalah Pohon di Pekarangan rumah
anda Anda memiliki rumah dengan pekarangan yang tidak digunakan? Manfaatkanlah
pekarangan tersebut untuk menanam berbagai macam tanaman. Anda tak harus
menanam pohon jati atau mahoni, anda bisa menanam tanaman hias atau tanaman
lain yang memiliki daun hijau serta memiliki potensi untuk bisa menghasilkan
oksigen. Bayangkan jika semua masyarakat melakukan hal yang serupa maka
kebutuhan akan oksigen akan sedikit demi sedikit terpenuhi.
8.
Membangun rumah dengan fentilasi
yang cukup Rumah merupakan kebutuhan pokok bagi setiap manusia, dengan rumah
kita bisa hidup dengan tenang dan damai. Saat membangun rumah harap perhatikan
fentilasi dan tata cahaya yang tepat. Jangan sampai anda malam hari harus
menyalakan AC karena alasan panas dan fentilasi yang kurang. Saat siang hari
pula desainlah rumah anda agar bisa terang tanpa harus menghidupkan lampu dan
desain pula agar sejuk tanpa harus menghidupkan AC atau kipas angin
Global
warming yang saat ini terjadi bukan terjadi begitu saja. Semua ini ada
alasannya dan kitalah yang seharusnya mencari apa alasan dari Global warming,
bagaimana cara menghentikannya dan bagaimana cara mencegahnya agar tidak lagi
terulang di masa depan. Manusia telah menyebabkan jumlah karbondioksida
meningkat, padahal dari hari-kehari jumlah pepohonan yang mampu menyerap karbon
dioksida semakin berkurang. Ibaratnya kita menambah jumlah karbondioksida namun
kita mengurangi bahan yang bisa menghilangkan karbondioksida. Mulailah dari
sekarang atau tidak pernah sama sekali, tanam pepohonan disekitar rumah anda
dan hematlah energi selagi anda bisa berhemat karena tiba kalanya energi itu
mahal dan tidak bisa di hemat. (***)
Oleh : H. Syaiful
Azman, SE, M.Si
Alumni, Pasca Sarjana Pengelolaan
Sumberdaya Pesisir dan Laut IPB Angkatan III (tahun 2001)
Mohon Berkomentar Dengan Bahasa Yang Sopan. Terima Kasih