Paritmalintang, BANGUNPIAMAN.COM---Seniman muda Padang Pariaman kembali unjuk gigi setelah sebelumnya berhasil menggugah para dubes negara tetangga lewat penampilan "Basafa" di TMII Jakarta. Kali ini, tim Sanggar Wayoik binaan Disporbudpar Padang Pariaman berhasil mengukir prestasi di ajang Festival Seni Pertunjukan Sumatera Barat dengan menyabet gelar terbaik kategori pemain, Senin (29/08).
Dalam festival yang ditutup malam kemaren, peserta dituntut untuk menampilkan karya yang berbasis legenda daerah masing-masing. Dan, tim Sanggar Wayoik mengangkat kisah Siti
Baheram.
"Karena yang dituntut di sini adalah kreatifitas kita dalam mengolah
legenda menjadi sajian baru yang sesuai dengan perkembangan zaman, maka kisah tragis Siti Baheram tidak kami tampilkan bulat-bulat seperti cerita rakyat biasanya," kata Haris selaku sutradara.
Kisah Siti Baheram, lanjutnya pada awalnya menceritakan bagaimana si Juki demi judi menghabisi wanita baik yang telah menolongnya yakni Baheram. Namun, dalam kisah yang ditampilkan selama 20 menit malam itu, seniman Padang Piaman justru memperlihatkan situasi dimana Baheram bangkit dari
kuburnya, mengadili sendiri si Juki, bahkan hakim yang dulu mengadili Juki.
"Di sini kami ingin mengangkat pesan bahwa sampai sekarang jaminan keamanan terhadap perempuan masih sangat lemah di negeri ini. Apalagi di Sumatera Barat yang notabene memiliki adat yang memuliakan perempuan, perhatian terhadap keamanan perempuan masih juga lemah," katanya.
Bundo kanduang, sebagai sosok paling tinggi dalam trah keluarga Minang, justru jadi objek paling empuk di mata penjahat. Sementara, penegak hukum tak dapat berbuat apa-apa untuk memastikan keamanan mereka. Inilah yang dicoba "digugat" lewat kisah Siti Baheram versi seniman Piaman kali ini.
Sementara, pemerhati seni pertunjukan, Dr Yusril yang juga menjadi juri malam itu menilai karya-karya yang ditampilkan para peserta sangat inovatif walau masih banyak yang serba tanggung di sana sini. Khusus untuk karya Siti Baheram dari Padanga Pariaman, Yusril menilai secara konsep sudah cukup memberi tawaran kebaruan.
"Kualitas SDM pendukung pertunjukan ini sangat mumpuni karenanya kami memberikan penghargaan dalam aktegori pemain terbaik," sebutnya.
Kadisporbudpar Padang Pariaman Sahrial mengatakan, pembinaan sejumlah sanggar untuk bergabung dalam satu tim pertunjukan memang sedang marak dilakukan oleh pihaknya saat ini.
"Tujuannya untuk membina silaturahmi dan kekompakan antar para senior di masing-masing sanggar. Inilah tim tank kita yang akan kita kedepankan pada sejumlah even seperti festival ini," sebutnya. Sementara itu, kegiatan pertunjukan yang secara bergilir ditampilkan di sejumlah objek wisata juga tetap dilaksanakan.
Ade Novalia dari bidang seni budaya mengatakan, persiapan pertunjukan Siti Baheram sendiri penuh dengan keterbatasan, terutama soal anggaran.
"Tapi, meski hanya mengandalkan sedikit anggaran yang ada
pada bidang seni budaya, Alhamdulillah semangat adik-adik ini tidak putus. Bahkan mereka berhasil pulang dengan membawa kemenangan. Mereka luar biasa," katanya memuji.
Bupati Padang Pariaman Ali Mukhni ketika dijumpai kemarin malam
mengucapkan selamat dan mengaku bangga terhadap tim yang terdiri dari 24 orang seniman muda tersebut.
"Ini adalah kabar gembira yang sangat melegakan kita. Prestasi anak-anak ini akan kita apresiasi," kata Ali Mukhni. Apresiasi yang dimaksud, diawali dengan menjamu seluruh tim dalam sebuah perjamuan khusus dengan dihadiri Bupati dan segenap SKPD
serta Legislatif.
"Kita akan undang anak-anak itu. Kita akan ajak mereka menikmati hasil kerja kerasnya," sebut Ali.
Ali Mukhni juga menyetujui usulan dari tim untuk menampilkan kembali karya Siti Baheram dan Basafa di malam apresiasi seni di aula IKK Padangpariaman. Kegiatan ini juga sekaligus menjadi malam donasi untuk mengumpulkan dana bagi persiapan tour kesenian yang akan digelar para seniman ini di sejumlah provinsi dimana terdapat organisasi Persatyuan Keluarga Daerah Piaman (PKDP).
(Darwisman/Fadli)
Dalam festival yang ditutup malam kemaren, peserta dituntut untuk menampilkan karya yang berbasis legenda daerah masing-masing. Dan, tim Sanggar Wayoik mengangkat kisah Siti
Baheram.
"Karena yang dituntut di sini adalah kreatifitas kita dalam mengolah
legenda menjadi sajian baru yang sesuai dengan perkembangan zaman, maka kisah tragis Siti Baheram tidak kami tampilkan bulat-bulat seperti cerita rakyat biasanya," kata Haris selaku sutradara.
Kisah Siti Baheram, lanjutnya pada awalnya menceritakan bagaimana si Juki demi judi menghabisi wanita baik yang telah menolongnya yakni Baheram. Namun, dalam kisah yang ditampilkan selama 20 menit malam itu, seniman Padang Piaman justru memperlihatkan situasi dimana Baheram bangkit dari
kuburnya, mengadili sendiri si Juki, bahkan hakim yang dulu mengadili Juki.
"Di sini kami ingin mengangkat pesan bahwa sampai sekarang jaminan keamanan terhadap perempuan masih sangat lemah di negeri ini. Apalagi di Sumatera Barat yang notabene memiliki adat yang memuliakan perempuan, perhatian terhadap keamanan perempuan masih juga lemah," katanya.
Bundo kanduang, sebagai sosok paling tinggi dalam trah keluarga Minang, justru jadi objek paling empuk di mata penjahat. Sementara, penegak hukum tak dapat berbuat apa-apa untuk memastikan keamanan mereka. Inilah yang dicoba "digugat" lewat kisah Siti Baheram versi seniman Piaman kali ini.
Sementara, pemerhati seni pertunjukan, Dr Yusril yang juga menjadi juri malam itu menilai karya-karya yang ditampilkan para peserta sangat inovatif walau masih banyak yang serba tanggung di sana sini. Khusus untuk karya Siti Baheram dari Padanga Pariaman, Yusril menilai secara konsep sudah cukup memberi tawaran kebaruan.
"Kualitas SDM pendukung pertunjukan ini sangat mumpuni karenanya kami memberikan penghargaan dalam aktegori pemain terbaik," sebutnya.
Kadisporbudpar Padang Pariaman Sahrial mengatakan, pembinaan sejumlah sanggar untuk bergabung dalam satu tim pertunjukan memang sedang marak dilakukan oleh pihaknya saat ini.
"Tujuannya untuk membina silaturahmi dan kekompakan antar para senior di masing-masing sanggar. Inilah tim tank kita yang akan kita kedepankan pada sejumlah even seperti festival ini," sebutnya. Sementara itu, kegiatan pertunjukan yang secara bergilir ditampilkan di sejumlah objek wisata juga tetap dilaksanakan.
Ade Novalia dari bidang seni budaya mengatakan, persiapan pertunjukan Siti Baheram sendiri penuh dengan keterbatasan, terutama soal anggaran.
"Tapi, meski hanya mengandalkan sedikit anggaran yang ada
pada bidang seni budaya, Alhamdulillah semangat adik-adik ini tidak putus. Bahkan mereka berhasil pulang dengan membawa kemenangan. Mereka luar biasa," katanya memuji.
Bupati Padang Pariaman Ali Mukhni ketika dijumpai kemarin malam
mengucapkan selamat dan mengaku bangga terhadap tim yang terdiri dari 24 orang seniman muda tersebut.
"Ini adalah kabar gembira yang sangat melegakan kita. Prestasi anak-anak ini akan kita apresiasi," kata Ali Mukhni. Apresiasi yang dimaksud, diawali dengan menjamu seluruh tim dalam sebuah perjamuan khusus dengan dihadiri Bupati dan segenap SKPD
serta Legislatif.
"Kita akan undang anak-anak itu. Kita akan ajak mereka menikmati hasil kerja kerasnya," sebut Ali.
Ali Mukhni juga menyetujui usulan dari tim untuk menampilkan kembali karya Siti Baheram dan Basafa di malam apresiasi seni di aula IKK Padangpariaman. Kegiatan ini juga sekaligus menjadi malam donasi untuk mengumpulkan dana bagi persiapan tour kesenian yang akan digelar para seniman ini di sejumlah provinsi dimana terdapat organisasi Persatyuan Keluarga Daerah Piaman (PKDP).
(Darwisman/Fadli)
Mohon Berkomentar Dengan Bahasa Yang Sopan. Terima Kasih