Fhoto : detik.com |
"Jadi berdasarkan pengalaman, penyusup itu ketangkep saja sama kita. Khusus anggota FPI (Front Pembela Islam) itu disebar per tiap 10 meter mungkin karena konfigurasinya di Sudirman-Thamrin, konfigurasinya kanan-kiri. Kalau kemarin 411 mulai dari massa Masjid Istiqlal, sampai ke depan Bareskrim sampai Balai Kota itu massa semua sampai Istana itu massa semua. Terus terang konfigurasi kemarin kita agak sulit mengontrol," kata anggota GNPF MUI yang juga Sekjen Front Pembela Islam (FPI) Novel Bamukmin saat berbincang dengan detikcom lewat telepon, Sabtu (26/11/2016).
Pada aksi demonstrasi 4 November (411) lalu, Novel mengakui pihaknya memang kurang mengantisipasi masuknya penyusup karena banyaknya massa. Dia mengakui pengawasan untuk di luar ulama memang kurang.
"Pengamanan luar 411 memang kurang. Tapi untuk antisipasi kita menjadi tameng tubuh, di depan polisi itu sendiri, kita bisa atasi itu. Ini kan ada murni, ada oknum dan juga penyusup. Besok 212 lebih ketat, tempatnya lebih bagus, teratur, sehingga kita bisa membuat konfigurasi. Kemarin itu hanya kekuatan Allah semata jutaan massa itu tidak terpancing," kata dia.
Novel menyebut anggota FPI terlatih untuk menahan diri dan tidak menyerang. Dia menjamin aksi 2 Desember nanti bukan gerakan makar sehingga dia memastikan agenda itu berlangsung aman dan tertib.
"Kenapa kita enggak bergerak, FPI juga terlatih menahan diri bukan untuk menyerang, kita bukan untuk makar, kita bertahan untuk menegakkan keadilan. Walaupun ditembakkan gas air mata luar biasa apapun kita bertahan. Di Sudirman bisa sepenuh itu karena kita punya tim inti, karena penyusup itu bisa kita deteksi per 10 meter kita bisa lihat, di wilayah masing-masing ada kontak," beber dia.
Novel menambahkan FPI memiliki cara sendiri untuk mendeteksi ada tidaknya penyusup. Mereka memiliki Badan Anti Teror Front (BATF) yang sudah terlatih dan berperan sebagai intelijen internal mereka.
"Begitu ada masuk satu mulai melakukan pancingan atau provokasi itu kita bisa atur semuanya. Jadi anggota BATF sudah terlatih, tersebar, bersama laskar mereka mengantisipasi. Tugasnya memata-matai, mereka tidak berpakaian laskar tapi berbaur dengan kita, punya kode masing-masing, resep-resepnya ada ring dalam dan luar saling berkoordinasi, ada yang kita bersama masyarakat, menyatu dengan masyarakat tanpa diketahui anggota kita disebar di seluruh titik masyarakat yang hadir. Jadi sebelum-sebelumnya ketahuan sudah ketangkep," kata dia.
Meski Kapolda Metro Jaya Irjen (Pol) Mochamad Iriawan melarang massa untuk salat di Jalan Sudirman-MH Thamrin, Novel meminta hak konstitusional mereka dipenuhi. Dia beralasan kebebasan berekspresi dilindungi Undang-Undang dan meminta kepolisian mengawal kegiatan mereka agar tertib.
"Jadi seharusnya polisi justru mengawal yaitu membantu keamanan agar kita tertib bekerja sama. Jadi tidak ada alasan polisi ini melarang-larang kita, karena negara ini sudah merdeka. Sudah dilindungi dan diatur Hak Asasi Manusia, jadi kita tetap berjalan bagaimanapun, kecuali arahan MUI. Kita tunduk fatwa MUI yang memfatwakan baik manfaat atau mudharatnya kita ikuti karena kita mengawal Gerakan Nasional Pengawal Fatwa MUI (GNPF MUI)," kata dia.
"Jadi kita dilindungi UU dan kita punya argumentasi, kita juga punya kekuataan yang mana kita minta keadilan, ini urusan umat Islam yang bukan sedikit. Karena setiap Minggu itu saja Sudirman-Thamrin itu ditutup banyak orang yang dirugikan yang tidak berlalu lintas termasuk saya. Kemudian kalau dilihat tidak hari libur, ketika setahun sekali sama ditutup pintu Thamrin, dibikin panggung uang negara dihambur-hamburkan untuk pesta mubazir, uang negara dihambur-hamburkan untuk beli kembang api sampai miliaran. Kita enggak minta uang itu kepada mereka anggaran itu tapi kita ingin duduk manis, tertib, dzikir,damai, dan doa untuk bangsa. Kenapa dilarang-larang dan ini bukan demo," sambungnya.
Novel menjamin aksi 2 Desember yang dilakukan kelompoknya bukanlah kegiatan demonstrasi. Dia memastikan tidak akan ada aksi long march atau orasi pada 2 Desember.
"Polisi melarang demo salah, karena kami bukan demo, karena kami itu melakukan duduk dzikir, tidak bergerak atau melakukan long march, duduk dzikir manis untuk bangsa dan negara. Orasi pun tidak ada, kami hanya berdoa, berdzikir, tausiyah agama memperingati karena 2 Desember itu masuk bulan lahirnya Rasulullah masa kami memperingati hari atau bulan Rasulullah dilahirkan," pungkasnya.
sumber www.detik.com
link https://news.detik.com/berita/d-3355679/soal-aksi-salat-di-jalan-2-desember-gnpf-tunggu-fatwa-mui
Mohon Berkomentar Dengan Bahasa Yang Sopan. Terima Kasih