Batang Anai, BANGUNPIAMAN.COM---Semenjak ditinggal ayahnya tiga tahun silam, Putra yang kini berusia sepuluh tahun terpaksa harus banting tulang membantu ekonomi keluarganya dengan berjualan palai bada. Berjualan palai bada ini dilakoni Putra sehabis pulang sekolah.
Untuk memasarkan palai bada buatan ibunya itu Putra harus berjalan kaki sejauh lima kilometer dari rumah yang dikontrak ibu di nagari Kasang Kecamatan Batang Anai. Setelah berjalan sejauh lima kilometer, kemudian menompang lagi kendaraan yang lewat dari simpang Polsek Bandara untuk menuju Simpang Tabing Padang.
Setiap harinya Putra membawa palai bada antara 50 s/d 100 buah yang dijual seharga Rp.3.000. Karena rasanya yang enak palai bada yang dipasarkan Putra selalu habis terjual.
" Ayah saya orang Payakumbuh meninggal dunia tiga tahun silam akibat kecelakaan lalulintas. Untuk bisa bertahan hidup karena tulang punggung keluarga sudah tiada terpaksa ibu harus berusaha dengan membuat palai bada," kata anak kedua dari empat bersaudara itu bercerita, ketika menumpang dengan mobil wartawan anda dari Simpang Polsek BIM menuju Simpang Tabing Padang, Minggu 1 Januari 2017 lalu.
Putra mengaku dengan berjualan palai bada ini, dia bersama keluarganya bisa bertahan hidup, sisanya digunakan untuk kontrak rumah serta biaya pendidikan bersama tiga saudaranya yang kini juga tengah menimba pendidikan. Bagaimana prestasi di sekolah ? "Prestasi saya di sekolah biasa-biasa saja. Dari 20 siswa saya hanya meraih rangking 8, maklumlah hidup saya serba kekurangan, " ungkapnya.
Ketika ditanya apa pernah mendapat bantuan dari sekolah maupun dari BAZNAS atau bantuan modal usaha untuk ibunya. Dia mengaku belum ada menerimanya, termasuk bantuan modal untuk usaha ekonomi ibunya. " Hingga saat ini belum ada Pak, mana tahu sesudah ini ada bantuan untuk saya maupun keluarga saya," ungkapnya.
Bagi pembaca yang ingin meringankan beban Putra bersama keluarganya, bisa menemuinya langsung ke SDN 19 Kasang, Batang Anai.
TKA/WIS
Untuk memasarkan palai bada buatan ibunya itu Putra harus berjalan kaki sejauh lima kilometer dari rumah yang dikontrak ibu di nagari Kasang Kecamatan Batang Anai. Setelah berjalan sejauh lima kilometer, kemudian menompang lagi kendaraan yang lewat dari simpang Polsek Bandara untuk menuju Simpang Tabing Padang.
Setiap harinya Putra membawa palai bada antara 50 s/d 100 buah yang dijual seharga Rp.3.000. Karena rasanya yang enak palai bada yang dipasarkan Putra selalu habis terjual.
" Ayah saya orang Payakumbuh meninggal dunia tiga tahun silam akibat kecelakaan lalulintas. Untuk bisa bertahan hidup karena tulang punggung keluarga sudah tiada terpaksa ibu harus berusaha dengan membuat palai bada," kata anak kedua dari empat bersaudara itu bercerita, ketika menumpang dengan mobil wartawan anda dari Simpang Polsek BIM menuju Simpang Tabing Padang, Minggu 1 Januari 2017 lalu.
Putra mengaku dengan berjualan palai bada ini, dia bersama keluarganya bisa bertahan hidup, sisanya digunakan untuk kontrak rumah serta biaya pendidikan bersama tiga saudaranya yang kini juga tengah menimba pendidikan. Bagaimana prestasi di sekolah ? "Prestasi saya di sekolah biasa-biasa saja. Dari 20 siswa saya hanya meraih rangking 8, maklumlah hidup saya serba kekurangan, " ungkapnya.
Ketika ditanya apa pernah mendapat bantuan dari sekolah maupun dari BAZNAS atau bantuan modal usaha untuk ibunya. Dia mengaku belum ada menerimanya, termasuk bantuan modal untuk usaha ekonomi ibunya. " Hingga saat ini belum ada Pak, mana tahu sesudah ini ada bantuan untuk saya maupun keluarga saya," ungkapnya.
Bagi pembaca yang ingin meringankan beban Putra bersama keluarganya, bisa menemuinya langsung ke SDN 19 Kasang, Batang Anai.
TKA/WIS
Mohon Berkomentar Dengan Bahasa Yang Sopan. Terima Kasih