BERSAMA--Usai menerima ijazah tingkat Wustha dan 'Ulya Ponpes Madrasatul 'Ulum, santri itu foto bersama dengan Marulis Tuanku Mudo, yang mewakili Buya Marzuki menyerahkan ijazah tersebut. |
LUBUAK PANDAN--Prosesi tamat kaji, Minggu (23/8) di Pondok Pesantren (Ponpes) Madrasatul 'Ulum Lubuak Pandan, Kecamatan 2x11 Enam Lingkung berlangsung dalam suasana haru yang bercampur aduk dengan kedukaan.
Acara yang paling tinggi dan sakral itu mestinya dihadiri dan dilakukan langsung oleh pimpinan pesantren, H. Marzuki Tuanku Nan Basa, hari itu tak bisa, lantaran Buya Marzuki tengah menghadapi sakit, dan kondisi kesehatan yang sangat tidak memungkinkan untuk dilakukannya.
"Ajaztuka, ajaztuka, ajaztuka," ujap Marulis Tuanku Mudo saat menyerahkan ijazah kepada santri yang tamat kaji di Ponpes Madrasatul 'Ulum Lubuak Pandan. Santrinya menjawab, kabiltu, kabiltu, kabiltu. Buya Marulis pun agak terbata-bata melakukan itu, karena perdana hal demikian dilakukan atas restu dan perintah Buya Marzuki.
Ajaztuka yang bahasa Indonesia-nya, menyerahkan ijazah aku akan engkau di lingkungan pesantren salafiyah adalah hal yang amat sakral. Santri yang tamat itu berhadapan satu-satu dengan guru yang tiap hari menghadapi santri selama di pesantren.
Ada delapan orang santri yang menamatkan kaji tingkat 'Ulya. Pada waktu bersamaan, juga dilakukan tamat kaji bagi santri yang tamat Wustha sebanyak enam orang.
Sebanyak 14 santri yang tamat Wustha dan 'Ulya itu berasal dari Batagak, Kabupaten Agam, Sijunjung, Singgalang, Tanah Datar, dan dari Padang Pariaman sendiri.
Buya Marulis, adalah salah seorang alumni yang berasal dari Kabupaten Solok, sudah lama menetap di Padang Pariaman ini berharap kepada semua keluarga besar Madrasatul 'Ulum untuk selalu mendoakan Buya Marzuki agar diberikan kesembuhan oleh Allah Swt, dan bisa kembali melakukan proses belajar mengajar dengan normal.
"Ini kondisi ujian terberat kita sepanjang sejarah. Karena acara saat ini merupakan wujud dari penundaan yang mestinya dilkukan akhir tahun kemarin, dilakukan saat ini akibat musibah covid-19. Jadi tak mungkin lagi ditunda. Dan Buya Marzuki pun memerintahkan untuk diteruskan," ujarnya.
Menurut Buya Marulis, santri yang tamat 'Ulya, hal ini adalah langkah awal untuk menapaki masa depan. Jangan pernah bosan dan lelah untuk terus mengaji dan belajar. Masih banyak lagi ilmu yang mesti dipelajari.
Dan sempurnakan pengabdian di pesantren ini, sesuai fakta integritas yang disepakati saat akan menamatkan kaji dulu.
Tokoh masyarakat Lubuak Pandan, Mothia Aziz Datuak Nan Basa yang juga anggota DPRD Padang Pariaman dari NasDem menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang tinggi kepada pimpinan dan segenap pengelola pesantren yang telah membuat acara tersebut.
"Yang menjadi kesenangan kami masyarakat Lubuak Pandan, sehabis santri tamat di sini, banyak melakukan kegiatan yang berhubungan dengan sosial kemasyarakatan. Sepanjang itu, sesekali dia datang kembali ke pesantren. Tentu tidak sekedar ke pondok, tetapi juga melihat perkembangan dan kemajuan Nagari Lubuak Pandan itu sendiri," ungkapnya.
Sementara, AD Tuanku Mudo, alumni yang didaulat melekatkan gelar kepada enam dari delapan santri yang tamat 'Ulya itu menyebutkan, bahwa gelar yang akan dilekatkan ini adalah buah dari kesepakatan antara keluarga santri dengan Buya Marzuki selaku pimpinan pesantren.
"Gelar tuanku yang dilekatkan itu mungkin ada yang diambilkan dari gelar ulama hebat dan tokoh agama ternama dulunya," kata dia.
"Jadi, mari kita bersama menjaga dan memeliharanya dengan baik. Pameo banyak orang menyebutkan, bidan banyak, penyakit semakin banyak pula ragamnya. Ulama dan tuanku banyak, bala dan penyakit masyarakat juga semakin beragam tingkahnya. Nah, bagaimana pameo itu kita balik. Kehadiran kita selaku ulama muda di tengah masyarakat bisa menjadi penyejuk dan mewujudkan kedamaian di tengah berbagai persoalan masyartakat saat ini," ungkapnya.
Enam santri yang diberi gelar itu; Aldi Vernando dari Tiku, Kabupaten Agam bergelar Tuanku Sidi, Syafrizal Agus dari Kapalo Hilalang bergelar Tuanku Sidi Sari Alam, Ahmad Damanhuri dari Kampuang Bendang bergelar Tuanku Bandaro Sati, Neki Saputra dari Singgalang, Tanah Datar bergelar Tuanku Malin Batuah, Abdurrahman Wahid dari Padang Toboh Ulakan bergelar Tuanku Bagindo Tamim Mangkuto, dan Dedi Hermasyah dari Tandikek bergelar Tuanku Muncak. (*/rel)