Penulis Filka Khairu Pratama.S.Sos ASN Perwakilan BKKBN Sumbar. |
Oleh : Filka Khairu Pratama, S.Sos
ASN Perwakilan BKKBN Sumatera Barat
SEHAT adalah modal penting kehidupan. Apabila kita sehat, setidaknya masih bisa membuat kita tersenyum. Untuk bisa sehat, seorang harusnya menerapkan pola hidup sehat.
Pola hidup sehat bisa diterapkan dengan memakan makanan yang bergizi. Jadi, makanan bergizi merupakan asupan penting yang harus diperoleh tubuh agar terhindar dari kekurangan gizi maupun penyakit.
Hal ini rupanya disadari betul oleh Presiden Jokowi, yang menganggap pembangunan SDM nasional dimulai dari kondisi masyarakatnya yang sehat, tidak kekurangan gizi atau stunting, menjamin kesehatan ibu hamil, kesehatan balita dan kesehatan anak sekolah.
Pernyataan ini disampaikan presiden pada Pidato Visi Indonesia di Sentul, Bogor pada 14 Juli 2019 lalu.
Sejalan dengan hal diatas, dalam rangka menciptakan kondisi masyarakat yang sehat, terus dilakukan upaya menyadarkan masyarakat tentang pentingnya makanan bergizi bagi tubuh.
Maka, setiap tahunnya pada 25 Januari diperingati sebagai Hari Gizi dan Makanan Nasional. Pada tahun 2021 ini, peringatan Hari Gizi dan Makanan Nasional diperingati yang ke- 61.
Melalui peringatan ini diharapkan sebagai upaya mengajak setiap masyarakat untuk peduli terhadap asupan gizi. Terlebih saat ini, tubuh memerlukan kadar gizi guna menangkal setiap virus yang datang dari lingkungan maupun dalam tubuh.
Tidak hanya sekedar memperingati semata, terdapat makna yang sangat penting juga sekaligus makna mendalam.
Kita sebagai masyarakat Indonesia akan selalu diingatkan betapa pentingnya kebutuhan gizi bagi kesehatan serta kecerdasan, dalam menunjang pertumbuhan tubuh dan jiwa.
Sebagaimana diketahui, gizi merupakan kumpulan zat penting yang ada dalam makanan, seperti vitamin, protein, mineral, lemak, karbohidrat, maupun air. Zat-zat tersebut sangat diperlukan oleh kita semua, terutama balita dan anak karena mereka mengalami proses pertumbuhan maupun perkembangan.
Terkait pertumbuhan dan perkembangan anak, memperhatikan gizi yang ada dalam makanan hendaknya sudah dilakukan ketika mempersiapkan generasi berikutnya untuk lahir.
Hal ini bertujuan agar generasi yang dilahirkan nantinya menjadi berkualitas, dan terhindar dari yang namanya stunting. Stunting merupakan kondisi cacat, yang disebabkan oleh kekurangan gizi saat hamil, sehingga berakibat gagal tumbuh kembang pada tubuh maupun otak anak.
Apabila anak terkena stunting, maka tubuhnya akan cenderung tumbuh lebih pendek dari anak normal. Penyakit stunting juga menyebabkan keterlambatan cara berpikir pada anak.
Stunting disisi lain juga mengakibatkan kemampuan otak yang rendah, gangguan belajar, menurunkan IQ, mudah lupa, menurunkan kemampuan bersosialisasi, serta banyak kerugian lainnya yang dialami si anak.
Dalam menghindari stunting, diperlukan perhatian khusus terkait gizi janin hingga si anak lahir berumur dua tahun. Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat, Safwan, SKM, M.Kes, telah menyampaikan materi Penanggulangan Stunting, Melalui Intervensi Spesifik pada Monitoring Evaluasi Promosi Pola Pengasuhan Seribu Hari Pertama Kehidupan (1000 HPK), di Kabupaten Pasaman, 24 Agustus 2020 lalu.
Beliau menyampaikan, penyebab stunting atau gizi buruk sesungguhnya berawal dari : Pertama, rendahnya pemahaman terhadap makanan yang bergizi. Kedua, pola asuh yang kurang baik terutama pada perilaku dan praktek pemberian makanan pada bayi dan anak. Ketiga, rendahnya akses terhadap pelayanan kesehatan.
Dalam kerangka penanganan stunting, dilakukan intervensi gizi spesifik, yang berkontribusi sebanyak 30 persen upaya penanganan stunting.
Intervensi ini ditujukan kepada anak dalam 1000 hari pertama kehidupan (HPK). Kegiatan ini dilakukan oleh dinas kesehatan dengan semua upaya yang bersifat jangka pendek.
Hal ini dapat dicontohkan dengan pemantauan tumbuh kembang balita di posyandu, pemberian air susu ibu (ASI) sampai anak berumur dua tahun, pemberian vitamin A, imunisasi dasar lengkap, pemberian obat cacingan, dan masig banyak lagi upaya dari intervensi gizi spesifik.
Selanjutnya, intervensi gizi sensitif yang dilakukan dengan upaya diluar sektor kesehatan, ditujukan untuk masyarakat umum yang sifatnya jangka panjang.
Contohnya, BKKBN dengan upaya progra pendewasaan usia perkawinan, program kb dan bina keluarga balita. Dinas pertanian dengan upaya menciptakan ketahanan pangan.
Dinas sosial dengan upaya pemberian bantuan pangan, program keluarga harapan. Dinas pekerjaan umum dengan program pembuatan sanitasi dan saluran air bersih, rumah tinggal yang layak huni, pembangunan infrastruktur jalan, jembatan yang memadai, dan banyak dinas serta instansi yang mengerjakan tugas pokok dan fungsinya, guna mendukung intervensi gizi sensitif untuk penanggulangan stunting.
Terkait upaya pemenuhan gizi pada ibu hamil, bisa juga dilakukan dengan konsep : Pertama, tumpeng gizi seimbang. Kita bisa terapkah sikap seperti, : 1). Syukuri dan nikmati aneka ragam makanan untuk setiap kali makan. 2). Banyak makan sayur dan buah. 3). Biasakan konsumsi lauk pauk. 4). Konsumsi makanan pokok sesuai kebutuhan.
5). Batasi konsumsi makanan manis, asin dan berlemak. 6). Biasakan sarapan pagi. 7). Minum air putih yang cukup. 8). Biasakan periksa label pada kemasan makanan. 9). Cuci tangan pakai sabun dengan air bersih mengalir. 10). Lakukan aktivitas fisik yang cukup dan jaga berat badan agar ideal.
Kedua, isi piringku. Kita bisa terapkan sikap seperti, : 1). 50% dari jumlah makanan setiap kali makan adalah buah dan sayur. 2). 50% lagi makanan pokok dan lauk pauk. 3). Porsi sayur semestinya lebih banyak dari porsi buah. 4).
Porsi makanan pokok semestinya lebih banyak dari lauk pauk. 5). Anjuran minum air putih yang cukup untuk sekali makan. Disarankan, ibu hamil semestinya makan satu porsi lebih banyak dari keadaan biasa. Dilanjutkan dengan pemberian tablet tambah zat darah merah untuk menghindari anemia.
Selanjutnya, dalam rangka mendukung pencegahan stunting pada masa seribu hari pertama kehidupan, perlu diperhatikan pola pemberian makanan terbaik bagi bayi dan anak, dengan : Pertama, melakukan inisasi menyusui dini (IMD) pada bayi segera setelah lahir.
Kedua, memberikan hanya air susu ibu saja sejak lahir sampai bayi berumur enam bulan. Ketiga, memberikan makanan pendamping air susu ibu (MP-ASI) mulai umur enam bulan. Keempat, menyusui dilanjutkan sampai anak berumur dua tahun.
Begitulah pentingnya memperhatikan gizi dalam keluarga, salah satunya bermanfaat dalam mencegah stunting. Apalagi pada masa pandemi dan kondisi kehidupan baru, sudah jelas tubuh memerlukan asupan gizi yang cukup.
Memperoleh gizi yang cukup tidak harus mahal, dengan makanan yang mudah didapatkan dipasaran pun bisa. Hal yang penting yaitu, kita mesti pahami kandungan gizi dari setiap apa yang kita makan.
Sehingga tubuh tidak kekurangan nutrisi. Menerapkan pola hidup sehat, tidak merokok, rajin berolahraga, istirahat yang cukup, kelola tingkat stres, tingkatkan ibadah, menjaga kebersihan, dan menerapkan protokol kesehatan, dinilai sudah cukup dalam membantu mewujudkan keluaga sehat era kehidupan baru. (****/)
Mohon Berkomentar Dengan Bahasa Yang Sopan. Terima Kasih