Inilah Penampakan Air Terjun Baburai Sipisang Yang Terletak di Tandikek Asli Nagari Tandikek Utara Kecamatan Patamuan Padang Pariaman Sumbar. Fhoto Dok. |
Oleh : Abdul Jamil Al Rasyid
Mahasiswa Sastra Minangkabau angkatan 2019
Gunung Tandikek adalah gunung api yang berdiri tegak di Dataran Tinggi Minangkabau, kira–kira 7,5 km dari kota Padang Panjang, Provinsi Sumatra Barat, Indonesia.
Gunung ini membentang lebar ke arah selatan, dan di sebelah baratnya berbatasan dengan Danau Maninjau. Di sisi utaranya gunung ini berdampingan dengan Gunung Singgalang.
Sementara sebelah timurnya merupakan gugusan pegunungan vulkanik Tersier yang sudah tua. Gunung bertipe stratovolcano.
Gunung ini memang secara geografis berada di daerah kabupaten agam tetapi nama Tandikek itu sendiri adalah nagari yang dipakai yang berada di sebelah selatan gunung itu sendiri.
Nagari Tandikek sendiri berada di kabupaten Padang Pariaman, beginilah menariknya pada tulisan kali ini kita tidak akan membahas gunung tapi kita akan membahas tentang air terjun.
Air terjun dalam bahasa Minangkabau aie tajun. Aie tajun yang dibahas disini yaitu Aie Tajun Buburai Sipisang yang terletak di kabupaten padang Pariaman dan berbatasan langsung dengan kabupaten agam.
Aie Tajun Buburai Sipisang ini lebih tepatnya di korong Tandikek Asli, Tandikek Utara Kabupaten Padang Pariaman.
Untuk sampai ke aie tajun ini, kalau kita dari Padang kita harus pergi melewati jalur ke arah Bukittinggi terlebih dahulu, kemudian kita terus belok kiri di Sicincin, kemudian belok kiri lagi ke arah jalan Sicincin-Malalak.
Pada saat memasuki nagari Tandikek Utara kita bisa belok kanan ke arah Tandikek Asli. Setiba di Tandikek Asli kita akan memasuki jalan yang dibuat dari semen maka kita masuk ke jalan tersebut dan tanyakan ke masyarakat disana dimana akses ke jalan aie tajun buburai sipisang.
Masyarakat akan menunjukan akses kesana. Terus kita berjalan menyusuri jalan setapak setelah kita parkirkan motor. Perjalanan menuju air terjunnya pun hanya berkisar sekitar 30 menit dengan jalur tracking yang lumayan mudah untuk para petualang amatir.
Jalurnya tidak terlalu susah dan memiliki rute yang jelas. Jelas sekali bahwa pengelola berniat untuk mengembangkan objek wisata pada saat itu.
Sepanjang jalur tracking, perkebunan coklat dan karet adalah pemandangan yang tidak bisa dielakkan untuk memanjakan mata pengunjung.
Serasa dalam film-film thrilleryang menampilkan kawasan horor. Karena kawasan itu masih asri serta alami.
Perjalanan akan terasa sulit ketika berada pada ketinggian 10 meter mendekati air terjun. Karena kawasan di ketinggian ini memiliki medan yang terjal, kita harus berhati-hati.
Pihak pengelola dulunya sudah memperjelas jalur dengan membuat tangga-tangga kecil untuk ditapaki menuju objek air terjunnya.
Makanya, buat kita yang tracking di kawasan ini harus berhati-hati. Tangganya kecil-kecil. Pengelola aie tahun ini dulunya memberikan tali bantuan untuk kita yang tracking disini.
Agar tidak mudah tergelincir. Setelah tiba disana lelah kita terbayarkan, Bayangkan aie terjun yang bersih dan masih alami ibarat kata orang Minang "manggih talampok di daun" memanjakan mata kita.
Setelah tiba kita pasti berlama-lama disini, masih bersih dan tidak ada sampah. Dahulu rencanya melalui uang masuk objek wisata berniat mengembangkan objek wisata ini.
Rencananya dahulu pengelola menyediakan 20 tong sampah guna menampung sampah-sampah yang dibawa pengunjung sekaligus menumbuhkan kesadaran agar tidak membuang sampah sembarangan.
Tapi tetap, kita harus jaga kebersihan, bawa trashbag ketika berwisata, serta jangan lupa bawa perlengkapan kesehatan guna untuk menghindari kejadian yang tidak diinginkan.
Rencana diatas tinggal rencana karena saat ini air terjun ini masih ada tetapi yang tidak ada yaitu pengunjungnya.
Kenapa pengunjung di tempat wisata ini sudah tidak ada lagi? Pasti kita semua bertanya tanya. Dahulu, pada tahun 2015 an banyak sekali wisatawan yang berkunjung kesini.
Wisatawan yang berkunjung kesini dari berbagai daerah yang ada di Sumatra barat. Sekitar 50 orang atau lebih wisatawan berkunjung kesini karena pada saat itu, belum lagi hari libur sekitar 200 orang yang berkunjung, juga terjadi musim bagi pecinta air terjun, entah kenapa anak-anak muda selalu hobi ke air terjun pada medio 2015-an itu.
Tetapi sebab utamanya yaitu pengelolaan yang kurang baik, peran pemerintah juga tidak menggali potensi wisata lokal yang ada di kabupaten Padang Pariaman pada saat itu menjadi penyebab air terjun ini sekarang sudah tidak dijamah lagi oleh wisatawan.
Air terjun di Malalak misalnya masih ada wisatawan yang datang kesana, misalnya air terjun Langkuik Tinggi yang masih aktif hingga sekarang.
Penyebab yang lain yaitu tracking ke jalur air terjun Buburai Sipisang ini masih susah diakses, untuk pemula dan perempuan tracking disini lebih susah dari naik gunung marapi.
10 sampai 20 meter menurun ke bawah sangat susah untuk track nya karena tempat bergantung kita hanyalah pada akar pohon makanya susah tracking kesini.
Ada juga penyebab yang lain yaitu kalah pamor dengan air terjun yang ada di Malalak selatan misalnya air terjun Langkuik Tinggi, dan Langkuik Tamiang.
Penyebab yang lain yaitu pada saat 2015 meninggalnya salah seorang wisatawan di Langkuik Tamiang pada saat itu, menurut kepercayaan masyarakat Minangkabau umumnya mengatakan bahwa setiap lubuak atau air terjun akan meminta tumbal itulah penyebab utama musim tracking air terjun pada 2015 itu hilang.
Sekarang menurut pengamatan penulis air terjun di Malalak Selatan ini masih ada pengunjung tetapi tidak seramai tahun 2015.
Itulah penyebab kenapa Aie Tajun Buburai Sipisang ini tidak dijamah lagi wisatawan harapan kedepan pemerintah juga memperhatikan kekayaan sumber daya wisata di kabupaten Padang Pariaman khususnya
Penulis Abdul Jamil Al Rasyid Adalah Mahasiswa Sastra Minangkabau Universitas Andalas angkatan 2019
Mohon Berkomentar Dengan Bahasa Yang Sopan. Terima Kasih