PADANG,-Apa yang ingin diketahui pembaca media tentang Provinsi Sumatera Barat sekarang ini harus menjadi perhatian bagi pengelola media dan wartawan. Sehingga media tersebut harus mampu menjawab kebutuhan informasi publik.
Demikian diungkapkan Kepala Dinas Arsip dan Perpustakaan Provinsi Sumatera Barat Novrial, SE, MA, Ak ketika membuka bedah buku Pengantar Jurnalistik, Panduan Praktis Bagi Pemula, Sabtu (6/8/2022) di Grand Basko Hotel Padang.
Buku yang ditulis wartawan utama Armaidi Tanjung tersebut dibedah Ketua Program Magister Ilmu Komunikasi Universitas Andalas Padang Dr. Ernita Arif, M.Si dan praktisi media Yurnaldi.
Yurnaldi sendiri wartawan utama, mantan wartawan Kompas dan penulis sejumlah buku jurnalistik. Sedangkan moderator Dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas Padang Dr. Hasanuddin, M.Si.
Menurut Novrial, pengelola media dan wartawan harus mampu menentukan siapa pasar dari medianya. Siapa segmen pembaca yang diharapkan dari media yang dikelolanya.
Ternyata sebuah survey menyebutkan yang ingin diketahui tentang Sumatera Barat berkaitan dengan budayanya sebesar 24 persen, kuliner 17 persen, keindahan alam 11 persen, dan sisanya yang lain-lain.
Hal ini menunjukkan yang banyak dibaca orang di media, terutama media online, adalah budaya Sumatera Barat (Minangkabau).
“Kehadiran buku Pengantar Jurnalistik ini sangat menarik dan bermanfaat untuk mendorong wartawan lebih professional dalam menulis berita. Termasuk menjawab pertanyaan, apa yang mendorong orang di luar Sumatera Barat untuk datang ke daerah ini. Sehingga berita-berita terkait budaya, kuliner dan keindahan alam seharusnya lebih jelas, rinci dan mampu menjawab pertanyaan orang di luar Sumatera Barat tersebut,” tutur Novrial lagi.
“Namun yang juga memprihatinkan adalah kenyataan orang Sumatera Barat yang tidak suka membaca. Masyarakat Sumatera Barat masih tertinggal budaya membacanya dengan propinsi lainnya di Sumatera. Padahal tokoh-tokoh Sumatera Barat masa lalu pembaca buku yang baik,” tambah Novrial menambahkan.
Pembedah buku Ernita Arif yang tampil pertama menyebutkan, buku ini bisa untuk semua kalangan. Tidak hanya bagi wartawan pemula, tapi siapa saja yang ingin menulis berita atau mengenal lebih jauh jurnalistik.
”Buku ini bisa memandu pembaca menjalani kegiatan jurnalistik. Banyak ilmu pengetahuan jurnalistik dan kepenulisan yang bisa diambil dari buku ini,” kata Ernita.
Praktisi media, Yurnaldi mengungkapkan, lima tahun terakhir tidak ada acara bedah buku seperti ini. Bahkan secara nasional, jumlah buku terkait dengan jurnalistik juga masih minim. Hanya berkisar 12 hingga 15 judul buku jurnalistik saja yang diterbitkan.
“Padahal saat ini sudah ada sekitar 77.000 media di Indonesia. Sekitar 2.000-an merupakan media cetak, sekitar 44.000 merupakan media daring, dan sisanya media elektronik,” kata Yurnaldi, mantan wartawan Kompas dan mentor sejumlah wartawan dan media.
Yurnaldi juga menyebutkan, kelemahan wartawan saat ini kebanyakan menulis berita copy paste. Sehingga beritanya sama saja dengan yang lain, tidak diedit, minim data dan ada juga yang ngawur alias tidak jelas materinya. Hal itu terjadi karena wartawannya malas membaca, malas menggali berita dan malas turun ke lapangan.
Ketua DPD Satu Pena Sumbar Sastri Bakry melaporkan, bedah buku ini merupakan road to International Minangkabau Literacy Festival (IMLF) yang diselenggarakan pada 22-27 Februari 2023 mendatang.
IMLF sendiri membahas literasi Minangkabau dari berbagai sudut pandang yang akan menampilkan narasumber dari sejumlah negara seperti Australia, Amerika, Belanda, Brunei, Malaysia, Thailand, Singapure, Rusia dan lainnya. (***/red)
Mohon Berkomentar Dengan Bahasa Yang Sopan. Terima Kasih