Minangkabau merupakan daerah yang memiliki tradisi dan kebudayaan yang masih berkembang dalam masyarakat. Kebudayaan merupakan suatu karya cipta manusia atau suatu kebiasaan yang dilakukan dalam kehidupan sekelompok manusia, seperti bagian kebudayaan lainnya yang mengandung nilai- nilai
budaya serta gagasan masyarakat, makanya hal tersebut merupakan folklore bagian dari kebudayaan. Menurut Danandjaja (1984:2) folklore adalah sebagian dari kebudayaan yang kolektif yang diwariskan secara
turun-temurun baik secara lisan maupun gerak isyarat atau alat bantu pengingat.
Folklore merupakan suatu bentuk identitas kebudayaan dalam masyarakat pemiliknya. Menurut Brunvand (Danandjaja, 1984:21), folklore memiliki tiga jenis sebagai berikut: folklore lisan, folklore sebagian lisan dan bukan lisan. Folklore lisan adalah folklore yang bentuknya murni lisan, seperti: a) Bahasa rakyat, b) ungkapan tradisonal, c) pertanyaan tradisonal, e) cerita prosa rakyat,f) nyanyian rakyat.
Folklore sebagian lisan adalah folklore yang bentuknya campuran lisan dan bukan lisan, seperti: kepercayaan rakyat, teater rakyat, nyanyian rakyat, adat istiadat, upacara, pesta rakyat. Sedangkan folklore bukan lisan adalah folklore yang bentuknya bukan lisan, seperti obat-obatan tradisional, makanan tradisional, dan lain-lain.
Masyarakat Minangkabau sebagai salah satu Suku bangsa Indonesia yang memiliki beragam kepercayaan rakyat. Kepercayaan rakyat yang masih berkembang dalam masyarakat, diwariskan secara turu-temurun pada generasi berikutnya.
Dari uraian tersebut dapat penulis katakan bahwa tradisi yang berkembang dan dipercaya masyarakat adalah salah satu bagian dari folklor sebagian lisan.
Karena upacara adat, adat istiadat serta pesta rakyat. Penulis mengatakan hal tersebut folklore karena di dalam tradisi yang akan penulis teliti ada bacaan-bacaan yang termasuk folklore lisan, ada juga pesta rakyat yang termasuk ke dalam folklor sebagian lisan dan ada juga upacara kematian yang termasuk juga folklor sebagian lisan.
Karena hal tersebut tradisi manamaik tidak hanya diisi oleh satu bagian folklor saja melainkan semua aspek mencakup di dalam tradisi tradisi manamaik tersebut.
Tetapi masalah yang paling besar dihadapi dalam tradisi ini adalah kurangnya minat anak muda untuk belajar bacaan tradisi manamaik.
Padang Pariaman juga memiliki tradisi-tradisi unik yang berkembang dalam masyarakat hingga sekarang.
Salah satu tradisi yang masih eksis yaitu Tradisi Manamaik, tradisi manamaik merupakan sebuah acara pengajian, pengajian ini tentu berkaitan dengan upacara kematian.
Jadi mangaji ini adalah mangaji yang dilaksanakan ketika salah seorang warga masyarakat meninggal maka diadakan pengajian.
Bacaan yang ada dalam tradisi manamaik aterdiri atas bacaan-bacaan Al Qur'an, Tahlil, Salawat nabi, Asmaul husna dan Doa-doa yang ditujukan kepada jenazah.
Mangaji Ya Akrama tidak satu hari saja melainkan duo hari, manigo hari, manujuah hari, manduo kali tujuah, ma ampek puluah sampai terakhir maratuih hari.
Mengaji Ya Akrama ini merupakan sebuah upacara peringatan kematian yang diiriingi dengan doa, dan tidak lupa juga Tabie dan Tirai sebagai lambang dari adat Minangkabau.
Tradisi Manamaik merupakan asal muasal perkembangan Islam di Minangkabau tentu yang membawa pertama kali adalah Syekh Burhanudin dengan kepiawaiannya menyebarkan agama Islam dan ajaran Islam ini di akulturasikan dengan kebiasaan masyarakat. Dahulu nya masyarakat Padang Pariaman setelah meninggal ada sebuah nyanyian seperti di bawah ini :
Cubadak ditanah taban
Simantuang di Tanjuang mutuih
Tampek bapijak nan alah taban
Tampek bagantuang nan alah putuih
Baa ka den ko lai
Baa ka den ko lai
Itu nyanyian lagu sebelum masyarakat mengenal Islam, Setelah mengenal Islam yang dibawa oleh Syekh Burhanudin maka nyanyian ini tetap ada tapi diubah liriknya dengan ayat-ayat Al qur'an seperti dibawah ini
Taryalai latuk salafat lanal mukzim zatil alulaminq
Yauzuzaman waiza kumu akufuzu liwannadami
Nuan min nuan nusa hidahum walaufitariki zulumain
Lailahailallah hula ilahailallah
Lailahailallah hula ilahailallah
Lailahailallah hula ilahailallah
Sama seperti lagi diatas nada dan cara menyanyikannya tapi Syekh Burhanudin dengan piawai memasukan ayat Al Qur'an tetapi boleh dinyanyikan seperti lagu diatas.
Itu adalah jenis akulturasi antara islam dengan budaya Minangkabau sebelum mengenal islam. Jadi tradisi manamaik tidak hanya ada dalam acara kematian saja melainkan ada juga acara sebelum baralek, menjelang puasa, hari raya, hari raya kurban, mandoa dan lainnya.
Tradisi Manamaik diyakini serta dipercayai oleh semua orang yang ada di wilayah Tandikek Utara. Makanya hal tersebut membuat penulis tertarik meneliti objek tersebut.
Penulis Adalah Abdul Jamil Al Rasyid Lahir Di Padang Pariaman, Mahasiswa Jurusan Sastra Minangkabau Universitas Andalas, Anggota Lembaga Mahasiswa Jurusan(Lmj) Sastra Minangkabau, Penulis Pernah Menerbitkan Tulisan Di Berbagai Media 34 Provinsi Indonesia, Penulis Sekarang Berdomisili Di Padang Pariaman, Sumatera Barat, Santri Pondok Pesantren Madinatul Ilmi Nurul Ikhlas Patamuan Tandikek
Mohon Berkomentar Dengan Bahasa Yang Sopan. Terima Kasih