Oleh : Cahyani Fortunury Damayanti Jurusan Sastra Minangkabau Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas
Setiap daerah tentunya mempunyai legenda atau cerita rakyatnya. Seperti salah satunya Provinsi Sumatera Barat terutama Suku Minangkabau yang juga memiliki banyak cerita rakyat dan dapat diceritakan kembali kepada anak cucu secara turun temurun.
Cerita rakyat atau legenda yang ada disetiap kampung pasti berbeda-beda dan memiliki keunikan tersendiri untuk di teliti dan dikaji, salah satunya saja Legenda Baru Sitenah yang ada di Padang Lariang Kecamatan IV Koto Aur Malintang Kabupaten Padang Pariaman, Cerita ini mengisahkan seorang anak yang tidak mau mendengarkan perkataan orang tuanya.
Cerita legenda merupakan jenis cerita rakyat yang diceritakan oleh seseorang kepada orang lain, mulai dari dewasa hingga anak-anak. Tujuan dari cerita legenda sendiri adalah untuk mengajarkan budaya setempat dan melestarikannya.
Legenda lokal adalah legenda yang berhubungan dengan nama tempat terjadinya gunung, bukit, danau, dan objek alam lainnya. Misalnya, legenda terjadinya Danau Toba di Sumatra, Sangkuriang (legenda Gunung Tangkuban Perahu) di Jawa Barat, Roro Jonggrang di Jawa Tengah, dan Desa Trunyan di Bali.
Nah setelah mengetahui lebih dalam tentang Cerita Rakyat atau legenda saat nya kita melanjutkan cerita tentang Baru Sitenah.
Pada zaman dahulu terdapat sebuah batu besar yang terletak di Korong Padang Lariang Timur Kecamatan IV Koto Aur Malintang kabupaten Padang Pariaman.
Ceita ini saya dapatkan dari orang tua yang berada di daerah/korong tersebut, Asal mulanya bernama batu sitenah adalah terdapat beberapa pemukiman rumah warga di suatu nagari tersebut rumah di desa itu waktu dahulu nya hanya seadanya saja seperti dinding dari kayu dan atap nya dari pelupuh dan lantai hanya beralaskan kayu.
Dan di situ tinggallah sebuah keluarga kecil yang terdiri dari seorang ibu dan dua anaknya ibu nya bernama Maryam dan anak pertamanya bernama tenah yang kisaran berumur 6 tahunan dan adik nya yang bernama simanah yang kisaran berumur 4 tahun.
Maryam memiliki peran yang ganda dalam keluarga tersebut yaitu sebagai ibu rumah tangga dan sebagai kepala keluarga dia bekerja sebagai petani dan berladang untuk memenuhi kebutuhan anak- anaknya.
Suatu ketika disiang hari yang terik Maryam menjemur padi miliknya untuk dijadikan beras agar bisa dimakan bersama anak anaknya dia menjemur padi tepatnya di samping halaman rumahnya. Kemudian selesai menjemur padi di bawah panasnya matahari Maryam pun berhenti untuk duduk atau berehat sejenak dan anaknya tenah duduk di atas batu tersebut sambil bermain main, batu tersebut berukuran besar dan ditengah tengahnya berbentuk seperti terowongan.
Maryam melihat kearah padi yang dijemurnya dia melihat burung dan ayam memakan padi yang dijemurnya, karena kecapek an Maryam meminta tolong kepada tenah untuk mengusir burung-burung tersebut.
Ibunya berkata “ wahai tenah tolong lah Ibu untuk mengusir burung-burung tersebut dia memakan padi kita nak”. Namun perkataan ibunya tidak sama sekali didengarkannya karena asik bermain.
Ibuny terus meminta tolong” tenah apakah kau tidak mau lagi menolong ku” tetapi tenah pun tidak mau dan malah melawan kepada ibunya dan ketika itu ibunya berkata jika kau tidak mau mendengarkan perkataanku maka akan di telanya kamu oleh batu yang kamu duduki itu.
Tidak beberapa lama sang ibu berkata tenah pun jatuh kedalam batu yang berbentuk terowongan itu dan tidak terlihat lagi.
Tidak beberapa lama saat ini tenah tidak lagi terlihat dan suaranya tidak lagi terdengar dan ibunya pun melihat didekat batu tersebut sambil memangil anak nya yang sudah tidak ada lagi dan akhirnya sang ibu menangis-nangis di dekat batu itu dan menyesal dengan apa yang telah di ucapkan nya.
Maka dari itulah dinamai batu itu dengan nama baru Sitenah. Dan ketika batu itu mengeluarkan suara berarti ada musuh yang masuk atau tanda-tanda bahaya yang akan datang di daerah tersebut keyakinan ini dipercayai oleh orang dahulu, dibatu tersebut terdapat jejak kaki dan anak kecil berumur kisaran 6 tahun itulah asal usul dinamakan batu sitenah.
Dari cerita ini kita dapat mengambil hikmah dan pelajaran bahwasanya kita tidak boleh berkata kasar apalagi melawan kepada orang tua, terutama kepada ibu dialah yang merawat kita dari dalam kandungan sampai saat ini, dan surga berada di bawah telapak kaki ibu. (***/)
Mohon Berkomentar Dengan Bahasa Yang Sopan. Terima Kasih