Oleh : Anindita Sarawati/Mahasiswa Universitas Andalas, Jurusan Sastra Minangkabau.
Foto By.Google Image |
MINANGKABAU maupun normal disingkat Minang merupakan kalangan kedaerahan asli Nusantara yang daerah persebaran tradisinya mencakup area provinsi Sumatra Barat (selain Kepulauan Mentawai), separuh tanah Riau, bagian utara Bengkulu, bagian barat Jambi, tepi laut barat Sumatra Utara, barat daya Aceh, serta Negeri 9, Malaysia.
Dalam obrolan umum, orang Minang kerapkali disesuaikan selaku orang Padang, merujuk terhadap panggilan nama kota provinsi Sumatra Barat yakni Padang. Namun, rakyat ini lazimnya mengatakan kelompoknya dengan gelar urang awak, yang di sembolkan sama dengan orang Minang itu sendiri.
Kabupaten tanah Datar merupakan salah satu kabupaten yang terdapat di Provinsi sumatra barat, dengan ibu kota Batusangkar. Kabupaten Tanah Datar banyak mempunyai potensi darmawisata serta bermacam atraksi yang luar biasa salah satunya ada di Nagari pariangan.
Nagari pariangan selalu dituturkan sebagai negari tuo Pariangan yang berada di lereng gunung marapi, yang termasuk gunung api aktif yang berada di dataran tinggi provinsi sumatra barat.
Pariangan mempunyai topografi daerah perbukitan dan pegunungan yang memiliki udara sangat sejuk, serta posisi geografisnya juga memperlihatkan anugrah alam yang elok dan subur, serta membuat para wisatawan takjub, dimana disana terdapat sawah yang berjenjang yang memanjakan mata dari lereng gunung merapi. sampai lembah ngarai yang terdapat di bawahnya justru sampai ke danau singkarak.
Pariangan juga merupakan daerah istimewa tambo tradisi lisan masyarakat miangkabau, kenapa demikian karena pariangan disebit sebagai desa tertua tempat nenek moyang dan peradaban masyarakat pada mulanya, yang dibuktikan dalam peribahasa kuno “dari mano dating titiak palito,dari telong nan barotan.
Dari mano asa niniak moyang kito,dari puncak gunuang marapi”. Sampai saat ini banyak dijumpai bermacam bukti perterdapatban tua rakyat minangkabau di nagari ini semacam Batu Lantak Tigo,Sawah Satampang Baniah,Kuburan jauh Datuak Tantejo Gurhano,serta Lurah indak barayia.
Pariwisata di nagari pariagan mulai berkembang pesat dengan adanya publikasi dari travel Budget USA dapat tahun 2012 yang mengatakan pariangn selaku salah satu desa terindah di dunia. Nagari pariangan telah mulai dikenal menjadi sebuah tujuan wisata sejarah dan budaya di kabupaten Tanah Datar.
Di Nagari Pariang terdapat sebuah atraksi yaitu pacu jawi , akan tetapi pementasan ini belum dibesarkan dengan positif, maka belum memberikan imbas yang positif terhadapap para pelaku atraksi pacu jawi.
Pacu jawi yaitu permainan anak nagari setelah panen padi, berupa memacu sepasang kerbau di sawah yang berair dan berlumpur, aktivitas ini sudah lama dilakukan dan sudah menjadi tradisi masyarakat Minangkabau. Pacu jawi merupakan tradisi yang sudah lama ada sejak ratusan tahun yang lalu.
Sejarah atraksi pacu jawi bermula dari nagari pariangan setelah itu mulai tumbuh di empak kecamatan dan dilakukan secara bergiliran, yakni kecamatan sungai tarab,kecamatan rambatan, kecamatan pariangan, serta kecamatan limo kaum. Pacu Jawi dulunya merupakan salah satu cara untuk membajak sawah yang baik dan benar,sebelum adanya tegnologi canggih seperti saat sekarang ini, seperti mesin bajak.
Pacu Jawi merupakan tradisi balap kerbau yang berasal dari daerah Pariangan, Kabupaten Tanah Datar, Sumatra Barat, Indonesia. Pacu Jawi dilakukan dengan mengendarai sepasang kerbau yang diikat dengan seutas tali yang ditarik oleh satu orang joki di belakangnya.
Keunikan pacu jawi ditinjau dari tempat penyeleggaraan, antusias dan juga kegembiraan pada saat kegiatanya. aktivitas pacu jawi dilajukan pada separuh petak sawah yang basah serta berlumpur, besar serta lurus sawah lebih kurang 100 m.
Dalam pemainan ini tidak ada kompetisi serta tidak ada juri dalam penyelenggaraanya, melainkan dilakukan sebagai bentuk uji keberanian serta keterampilan seorang joki dalam mengatur atau menunggangi kerbau yang berlari sangat cepat dan lurus ke depan di area sawah.
Penilaian kerbau yang cakap serta benilai sangat tinggi merupakan kerbau yang bisa berlari lurus dengan kilat serta lincah. saat sebelum atraksi pacu jawi diselenggarakan rakyat di nagari pariangan berapi-api menjalankan gotong-royong, membersihkan lokasi serta melancarkan saluran air.
Begitu juga setelah kegiatan pacu jawi masyarakat bergotong-royong meratakan lumpur di sawah serta membersihkan petak-petak sawah sehingga siap untuk ditanam kembali.
Eksistensi adalah keberadaan atau ada, keberadaan yang di maksud dalam artikel ini adalah adanyan pengaruh pantas atau tidaknya sebuah kebudayan unutk berkembang.
Budaya merupakan identitas bangsa yang perlu dihormati, dilindungi, dan juga harus di lestarikan agar peradabanya tidak lenyap serta senantiasa menjadi warisan anak cucu kita nantinya.
Tentunya ini menjadi tanggung jawab bagi generasi muda sekarang ini selalu melestarikan kebudayaan yang sudah ada ini. Realitanya kehidupan generasi muda sekarang kurang terpikat pada hal-hal yang berbau tradisional, serta mengagap budaya tradisional sebagai budaya kuno dan ketinggalan zaman.
Pacu Jawi di Pariangan saat ini masih senantiasa terurus terjaga samaap saat sekarang ini. tiap tahun, pada bulan Januari sampai Maret, diadakan atraksi Pacu Jawi yang diiringi oleh joki-joki dari bermacam daerah atau desa di Pariangan.
Festival ini menjadi ajang berkumpulyan masyarakat setempat serta hadirin dari berbagai macam daerah yang tertarik melihat atau menyaksikan atraksi ini. tetapi ada juga beberapa pihak yang mengomentari atau mekritik keberlangsungan Pacu jawi karena diaangap tidak manusiawi pada binatang.
Beberapa upaya telah untuk megurangi dampak buruk pada kerbau, seperti pemasangan helm untuk melindungi kepala kerbau dan mengatur jarak tempuh yang lebih pendek. Meslipun demikian, pacu jawi tetap dianggap sebagai warisan budaya dan saat penting untuk dilestariakan dan terus berkembang kedepan. (**/)
Penulis |
Mohon Berkomentar Dengan Bahasa Yang Sopan. Terima Kasih