Tambang Batu Bara Ombilin adalah bekas tambang batu bara di Kota Sawahlunto, tepatnya di lembah sempit di sepanjang Pegunungan Bukit Barisan, Sumatra Barat, Indonesia. Letaknya sekitar 70 kilometer (43 mi) dari timur laut Kota Padang, ibu kota provinsi.
Tambang ini dikenal sebagai situs tambang batu bara tertua di Asia Tenggara dan satu-satunya tambang batu bara bawah tanah di Indonesia. Tambang ini dimiliki oleh PT Bukit Asam Tbk. Batu bara di Sawahlunto ditemukan pertama kali pada pertengahan abad ke-19 oleh Willem Hendrik de Greve.
Sejak saat itu, eksploitasi batu bara dilakukan diiringi dengan pembangunan infrastruktur pendukung untuk kegiatan pertambangan. Penambangan batu bara secara signifikan mengubah lanskap Sawahlunto yang semula pedesaan menjadi situs industri. Batu bara di daerah ini ditemukan oleh insinyur Belanda Willem Hendrik de Greve pada tahun 1868.
Penambangan terbuka lalu dimulai pada tahun 1892 seiring dengan rampungnya pembangunan infrastruktur pendukung berupa rel kereta api untuk mengangkut batu bara dari tambang ini ke Pelabuhan Teluk Bayur, Padang. Sebelum Indonesia merdeka, produksi batu bara di tambang ini mencapai puncaknya pada tahun 1930, dengan total produksi mencapai lebih dari 620.000 ton.
Produksi batu bara di Ombilin pun dapat memenuhi 90% dari total kebutuhan energi di seantero Hindia Belanda.Pada 2002, cadangan batu bara di tambang terbuka Ombilin mulai menipis. Setelah itu, hanya tambang bawah tanah yang terus beroperasi.[11] China National Technology Import-Export Corporation (CNTIC) pernah menginvestasikan $100 juta untuk tambang Ombilin.
Pada 2008, tambang ini diperkirakan memiliki cadangan sekitar 90,3 juta ton batu bara pembuat kokas, di antaranya 43 juta ton bisa ditambang. Tambang ini menghasilkan sekitar 500.000 ton batu bara setiap tahunnya. Pada tahun 2019, Bukit Asam menghentikan operasinya di Ombilin.
Pada 6 Juli 2019, Situs Tambang Batu Bara Ombilin secara resmi dikukuhkan sebagai Situs Warisan Dunia oleh Organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa "UNESCO".
Saat ini, sisa-sisa kejayaan tambang di Sawahlunto dikelola untuk menggerakkan roda perekonomian kota berbasis industri pariwisata warisan budaya.
Wisata tersebut Terpilih karena unggul Warisan Tambang Batubara Ombilin Sawahlunto dinilai unggul dalam dua kategori Nilai Universal Luar Biasa (Outstandting Universal Value) sehingga terpilih menjadi Warisan Dunia UNESCO.
Pertama adalah kriteria II bahwa Warisan Tambang Batubara Ombilin Sawahlunto menunjukkan adanya pertukaran informasi dan teknologi lokal dengan teknologi Eropa terkait dengan eksploitasi batubara di masa akhir abad ke-19 sampai dengan masa awal abad ke-20 di dunia, khususnya di Asia Tenggara.
Selain hal diatas Tambang batubara ombilim merupakan tambang batu bara yang tertua di Asia Tenggara Sawahlunto dikenal sebagai situs tambang batu bara tertua di Asia Tenggara. Sawahlunto secara geografis terletak di lembah yang sempit di sepanjang pegunungan Bukit Barisan.
Kota itu sendiri dikelilingi oleh beberapa bukit, yaitu Bukit Polan, Bukit Pari, dan Bukit Mato. Eksploitasi batu bara di Sawahlunto dilakukan sejak abad ke-19. Sejak itu, daerah pedesaan ini berkembang dan menjadi lokasi penambangan.
Keunikan lainnya dari tambang batu bara Ombilin karena tambang tersebut merupakan satu-satunya tambang batubara bawah tanah di Indonesia. Dahulu tambang ini dikelola oleh pemeritah kolonial hingga akhirnya pengelolaan berpindah ke PT Bukit Asam Tbk. UPO di Sawahlunto ini merupakan satu-satunya tambang batubara bawah tanah di Indonesia sawahlunto dulunya termasuk ke dalam Kota industri pada masanya..
Dilansir dari situs resmi UNESCO, penambangan batu bara telah secara signifikan mengubah lanskap pedesaan Sawahlunto menjadi situs industri. Selama pengembangannya pada abad ke-19, perusahaan pertambangan merancang lokasi penambangan Sawahlunto menjadi lima kegiatan spasial: industri tambang batu bara, area komersial dan perdagangan, area pemukiman, wilayah administrasi, dan utilitas kesehatan.
Kejadian kelam pun pernah terjadi di tambang tersebut salah satunya Pernah ada praktek pekerjakan "orang rantai" . Dahulu para, tahanan kriminal dan politik dari wilayah Jawa dan Sumatra dibawa ke tempat ini.
Selama pengiriman ke Sawahlunto kaki, tangan dan leher mereka diikat. Selanjutnya, di Sawahlunto, mereka dipekerjakan sebagai kuli tambang batu bara dengan kaki, tangan, dan leher masih dirantai. Mereka dijuluki orang rantai atau ketingganger dalam bahasa Belanda.
Sebagai bukti sejarahnya Masih Terdapat Beberapa Peninggalan Asli Di Komplek Tambang Batu Bara Ombilin, masih terdapat beberapa peninggalan asli seperti terowongan Mbah Soero, perumahan pekerja dan pekerja tambang (Tangsi Baru dan Tanah Lapang), pemfilteran batu bara, pabrik kereta api, kantor pemerintah, pemukiman, pemkot.
Sistem yang ada pada tambang batu bara Ombilin Mirip dengan pertambangan di Belgia . Situs ini memiliki kesamaan dalam infrastruktur pertambangan dan perekrutan tenaga kerja.
Sebagai situs tambang batu bara, Sawahlunto memiliki infrastruktur yang lengkap dan utuh dalam perencanaan dan struktur perkotaan, pengaruh gaya arsitektur, bentuk lahan, dan budaya. Berdasarkan International Collieries Studies (ICOMOS), Sawahlunto memenuhi kategori kompleks tambang batu bara besar seperti Chatterley-Whitfield Colliery, Inggris dan Zollern 2-4 Colliery, Jerman.
Ada beberapa pilihan tempat wisata Lihat Foto Sebagai upaya PT Bukit Asam Tbk menjadikan Unit Penambangan Ombilin di Sawahlunto, Sumatera Barat sebagai Warisan Budaya Dunia UNESCO, lubang tambang batubara bawah tanah diubah menjadi lokasi pendidikan serta wisata.
Wisatawan bisa mengunjungi Museum Tambang Batu Bara Ombilin yang terletak di sebelah kantor Unit Pernambangan Ombilin (UPO) Sawahlunto.
Berbagai informasi mengenai sejarah perusahaan dapat dipelajari di museum ini. PT Bukit Asam Tbk juga memamerkan beberapa peralatan yang digunakan untuk menambang batubara di Ombilin sejak ratusan tahun lalu beserta dengan diorama proses pertambangan batubara.
Untuk area bekas tambang, PT Bukit Asam Tbk mengubah lahan tersebut menjadi area wisata, yaitu Kebun Binatang Kandi, danau, arena pacuan kuda, arena olahraga dan fasilitas umum lainnya untuk masyarakat Sawahlunto. (Anindita Saraswati Mahasiswa Jurusan Sastra Minangkabau)
Mohon Berkomentar Dengan Bahasa Yang Sopan. Terima Kasih