Artikel ini membicarakan naskah Tubfat Surandip Tadbkirat li al—muhib karya Al-Raniri. Naskah ini merupakan naskah Martabat Tujuh yang membahas perihal alam dalam hubungannya dengan manusia dan Tuhan serta bagaimana manusia harus berdamai dengan alam.
Analisis naskah ini pada awalnya karena perdebatan tiga pandangan dengan teori-teori dan argument-argumen masing-masing. Tetapi naskah ini ingin membicarakan perihal alam dalam hubungannya dengan manusia dan Tuhan, Sang Penciptanya, serta bagaimana manusia harus “berdamai” dengan alam.
Pada awal kajian ini perihal alam dalam hubungannya dengan manusia dan Tuhan (Sang pencpitanya) serta bagaimana cara manusia harus berdamai dengan alamnya.
di naskah martabat tujuh membahas adanya perdebatan soal awal penciptaan alam yang berkisar pada tiga pandangan umum yaitu: di pandangan pertama yang dimana bahwa alam diciptakan oleh Tuhan dalam sekejap mata dengan kata “jadilah” makanya terciptalah alam semesta dan isinya.
Dipandangan kedua dalam proses penciptaan alam semesta ialah alam ini tidak diciptakan langsung oleh Tuhan, melainkan melalui suatu proses alamiah yang dimana dalam dunia fisika dikenal dengan istilah “lepasnya energi-energi super kuat yang berkontraksi satu dengan yang lainnya”(al-ijad fi ‘ilmillah Ta’ala).
Dan dipandangan terakhir ialah alam pertama kali di ciptakan oleh Tuhan, tetapi dalam perkembangannya, alam melakukan proses “eskpansi”. Ekspansi ini bahkan diyakini masih berlangsung hingga saat ini dan seterusnya.
Tetapi tulisan ini tidak akan membahas secara rinci perdebatan tiga pandangan yang diatas dengan teori maupun argument masing masing. Melainkan ditulisannya ini membicarakan perihal alam dalam hubungannya dengan manusia dang Tuhan, sang pencipta, serta bagaimana berdamai dengan alam.
Dalam tulisan ini penulis memulai pandangannya bahwa alam diciptakan Tuhan, lalu melakukan prosesi perkembangan alamiahnya sendiri.
Oleh karena itu, penulis berkeyakinan bahwa tidak mungkin tidak ada keterkaitan antara Tuhan, alam dan, manusia serta dampak apa yang akan terjadi akibat hubungan-hubungan itu.
Berdasarkan pandangan, alam diyakini diciptakan oleh Tuhan dan Tuhan kemudian menyerahkan “mandate-NYA” kepada umat manusia agar bisa memelihara, menjaga, dan memanfaatkannya untuk kemaslahatan mereka.
Naskah Tubfat Sarandib Tadbkirat li al-Muhib
Naskah ini sendiri memiliki nilai fungsi sosial masyrakat pemiliknya sebagai naskah yang dipakai dalam mempelajari ajaran ilmu tasawuf atau kemungkinan sebagai sarana untuk menyampaikan ajara ilmu misitk dan emanasi Tuhan dalam martabat tujuh. Ketujuhan martabat tersebut ini dijelaskan sebagai berikut :
Martabat yang pertama adalah ahadiyah yaitu wujud sunyi dari segala sifat dan bentuk kaitannya atau la ta’yin (tidak nyata). Dan dalam naskah ini juga dijelaskan bahwa ahadiyah adalah martabat Allah yang berupa zat qadim ajali’,dan masih bersifat belum ghabib.
Martabat yang kedua yaitu wahdah. Martabat ini merupakan ta;yin awal atau hakikat Muhammad yang merupakan pengetahuan tuhan secara umum. Global, ijmal. Dan dalam naskah ini juga menjelaskan martabat wahdah merupakan bahwa Allah terlah memiliki wujud berupa zat Muhammad.
ﺍﻮﻞ ﻤﺎﺧﻟﻖﺍﷲ ﻧﻮﺮﻧﺒﻴﻚ ﻴﺎ ﺠﺎﺒﺮﻮﺧﻟﻖ ﻤﻧﻪ ﺍﻷ ﺷﻴﺎﺀ ﻮﺍﻧﺖ ﻤﻦ ﺗﻟﻚ ﺍﻵ ﺷﻴﺎﺀ
“AWWALUMA KHALAQALLAHU NURA NABIYYIKA YA JABIRU WA KHALAQA MINHUL-ASYYA’A WA ANTA MIN TILKAL ASYA’I,,
Artinya :
Mula-mula yang Allah jadikan adalah Nur Nabimu ya ,,Jabir. Dan Allah jadikan dari pada Nur itu, segala sesuatu ini, dan engkau hai ,,Jabir termasuk pada sesuatu itu.
Martabat yang ketiga adalah martabat wahidiyah, yaitu ta’yin thani yang merupakan Tuhan terperinci atau tafsil tentang zat dan sifat segenap yang ada lainnya.
Martabat ini nyata pula Sifat dan Asma itu, dalam arti Munfashil (Terurai). Pada Martabat Wahdat nyata Sifat dan Asma dalam arti Ijmal, maka pada martabat ini adalah dalam arti Munfashil. Dari sini pula lahirnya “Kalam Qadim”, yaitu “ANNAHU ANALLAHU,, Artinya : Aku-lah Allah.
ﺒﻲﻜﺎﻦ ﻣﺎﻜﺎﻦ ﺒﻲ ﻴﻜﻮﻦ ﻤﺎﻴﻜﻮﻦ ﻓﻮﺠﻮﺪﺍﻠﻌﻮﺍﻠﻢ ﺒﻲ
“BI KANA MA KANA, BI YAKUNU MA YAKUNU, FAWUJUDUL ’AWALIMI BI,,
Artinya :
“ Dengan Aku ada, apa saja yang telah ada, dan dengan Aku akan ada apa saja yang akan ada. Maka adanya semua ‘alam ini adalah denganKu”.
Martabat Asma Yang Maha Suci, kejadian dari Johar Awal dan Alam Wahdat tadi maka timbullah cahaya dan menjelma menjadi empat sinar, yaitu:
1. Narun Warna Merah
2. Hawaun Warna Kuning
3. Maun Warna Putih
4. Tarobun Warna Hitam
Jadi keempat sinar itu yang disebut NUR MUHAMMAD, sedangkan Muhammadnya adalah Johar Awal, benda Nur Muhammad Cahaya Empat itu disebunya Hakekat Adam, yaitu Asma Yang Maha Suci.
• Cahaya Merah menjadi Hakekat Lafadz Alif.
• Cahaya Kuning jadi Hakekat Lafadz Lam awal.
• Cahaya Putih menjadi Hakekat Lafadz Lam ahir.
• Cahaya Hitam menjadi Hakekat Lafadz Ha.
• Johar Awal menjadi hakekat Lafads Tasdid.
Martabat yang keempat adalah martabat alam arwah. Martabat ini merupakan martabat yang menyatakan kekuasaan Allah. kenyataan Tuhan, sebab Tuhan melahirkan yang ada dalam Ilmu-Nya, keadaanNya itu dinyatakan dalam Alam Arwah.
Segala Sifat dan AsmaNya itu nyata adanya dan bahkan lebih nyata, karena Alam Arwah adalah perwujudan Tuhan. Alam Arwah disebut juga Nur Wilayah disebut demikian karena lahir dari Aibnya ibarat bayi lahir dari perut sang ibu, lahir dengan segala wajahnya
Martabat yang kelima adalah martabat alam missal. Seperti alam yang sudah tertata rapi dari unsur unsur yang halus, akan tetapi tidak akan mengalami cerai-berai, usang, atau rusak.
Martabat yang keenam adalah martabat alam ajsam.yaitu alam yang tersusun secara kasar dan dapat mengalami percerai-beraian. Martabat ini merupakan kehendak Allah.
Martabat ketujuh adalah martabat alam insan.
Yaitu tempat ketujuh martabat. Yang paling tinggi adalah tiga martabat batin yaitu La’takyun, Suku Dzat dan Al-Akyan Sabitah, sedangkan tiga martabat lahir yaitu Alam Arwah, Alam Misal, dan Alam Ajsam. Alam Ajsam artinya adalah tebal tipisnya keadaan yang menerima bagian.
Sifatnya Jauhar Awal, Af’al dan Mukadas. Disebut Insan Kamil karena keadaannya tidak terpisahkan dengan Tuhan Nyata adanya, kuasa dan SifatNya maha tinggi, nyata dalam insan itu.
Disebut Insan Bashari karena tergolong jisim yang tebal tipisnya berubah-rubah menurut keadaan unsure-unsur asalnya. Adapun unsure-unsurnya itu ialah Angin, Api, Air dan Debu/Tanah, keempat unsur yang tidak menyatu itu berbeda-beda pula tak ada yang sama.
Unsur tanah menunjukan watak rendah, unsur Air menunjukan watak dingin dan rendah, unsur Angin menunjukan watak panas dan dingin, unsur Api menunjukan watak panas.
Semua watak itu berkumpul pada semua manusia supaya mereka ada yang merasakan dingin dan panas, ada yang merasakan nikmat (kaya) dan sengsara (miskin), serta ada yang merasakan rendah dan tingginya derajat masing-masing, itulah watak-watak yang dimiliki manusia.
Dalam ilmu tasawuf sendiri menjelaskan tentang penciptaan alam semesta, makhluk pertama yang diciptakan Allah SWT adalah nur Muhammad bisa disebut juga hakikat atau ruh Muhammad. Setelah itu barulah diciptakannya alam yang lainnya.
Berdasarkan nama dan sifatnya, Allah memiliki empat sifat, yaitu nafsiyah, salbiyah, mu’ani, ma’nawiyah.
Berdasarkan uraian diatas naskah ini memiliki fungsi sosial pada masyarakat karena digunakan sebagai naskah dipakai untuk mempelajari ajaran ilmu tasawuf atau digunakan sebagai sarana untuk menyampaikan ajaran ilmu mistik dan emanasi Tuhan.
dan naskah ini juga menarik dipelajari jika ingin mencari kesempurnaan hidup sebagai makhluk insan kamil, manusia yang sempurna. (Rizky Budiman)
Mohon Berkomentar Dengan Bahasa Yang Sopan. Terima Kasih