OLEH : HUSNA FADILLA HANDESYA/MAHASISWI SASTRA MINANGKABAU UNIVERSITAS ANDALAS
Tarekat adalah jalan yang ditempuh oleh hamba Allah Swt berdasarkan syariat yang dianut oleh seorang thariq(pelajar tarikat) atau pejalan tarekat untuk menuju jalan hakikat dengan lebih memahami, mengetahui, dan mengenal Allah SWT.
Banyak aliran tarekat yang ada di Sumatera Barat(Minangkabau). Salah satu tarekat yang dikenal di Minangkabau hingga saat ini adalah tarekat Syattariyah yang bermazhab syafi'i.
Penyusun kitab ini tidak diketahui dengan pasti, kerana penyusunnya tidak menyebutkan namanya, sama ada di bahagian pendahuluan kitab ataupun di bahagian akhir kitab sebagaimana yang biasa dilakukan oleh para penulis kitab-kitab yang lain.
Namun begitu, menurut beberapa sumber, pengarang dari kitab ini adalah seorang Syaikh yang bernama Muhammad Baba Daud Rumi atau Syaikh Baba Daud al-Jawi ibnu Ismail ibnu Agha Mustafa ibnu Agha Ali ar-Rumi Beliau merupakan murid langsung dari ulama besar Aceh, Syaikh Abdul Rauf Al-Singkil. Karena beliau adalah orang Aceh dan berguru dengan Syekh Abdul Rauf maka pengajian dari kitab ini sama halnya dengan apa yang Syekh Burhanuddin amalkan.
Syekh Burhanuddin adalah seorang ulama yang menyebarkan agama Islam di Minangkabau maka pengarang kitab ini juga sama dengan apa yang Syekh Abdul Rauf ajarkan.
Tentu dalam kitab ini juga dipelajari di Minangkabau karena tata cara fiqih yang termuat banyak dalam kitab ini maka sama dengan apa yang dilakukan oleh orang Minangkabau pada umumnya.
Maka kitab ini adalah salah satu kitab yang harus diketahui oleh orang yang beraliran tarekat Syattariyah yang banyak diamalkan oleh masyarakat Minangkabau pada umumnya. Para pengikut Tarekat Syattariyah banyak ditemukan di daerah Padang Pariaman di Minangkabau karena disinilah Syekh Burhanuddin menyebarkan agama Islam ke seluruh wilayah Minangkabau.
Makanya tidak heran jika model pembelajaran tarekat Syattariyah seperti kitab-kitab yang dikarang oleh pengarang seperti ini dijadikan implikasi serta model pembelajaran tarekat dalam pendidikan. Misalnya di daerah Padang Pariaman tentu hal ini tidak asing bagi orang Minangkabau karena di Padang Pariaman banyak orang yang mengikuti aliran Syekh Burhanuddin hingga saat ini.
Salah satu model pembelajaran tersebut adalah Kitab Masa-il al-Muhtadi Li Ikhwan al-Mubtadi (مسائل المهتدي لاخوان المبتدي). Kitab ini adalah sebuah kitab yang ringkas, yang membicarakan mengenai akidah dan hukum fiqh berdasarkan mazhab syafi'i yang tersusun rapi dalam bentuk soal-jawab.
Dalam pelajaran yang kita temukan dalam ajaran tarekat Syattariyah biasanya berisi tentang fiqih, aqidah serta tasawuf untuk memuluskan jalan kita kepada Allah SWT. Setelah penulis melihat berbagai sumber referensi yang ada, maka dalam kitab ini bermula dari fiqih yaitu tata cara kita beribadah kepada Allah SWT baik itu solat, puasa, naik haji sedangkan yang kedua akidah yaitu kepercayaan dasar atau keyakinan pokok yang biasanya terdiri dari sifat 20 yang wajib bagi Allah SWT, serta itikad yang baik bagi Allah SWT ataupun rasul Allah SWT.
Sedangkan tasawuf adalah kajian yang membawa kita dekat dengan Allah Swt yang terdiri dari bagaimana akhlak kita kepada Allah SWT dan juga kepada sesama makhluk-Nya. Ketiga hal tersebut yang akan membawa kita ke surga dengan jalan kematian. Apabila seseorang bisa mengamalkan ketiga hal tersebut maka surga adalah untuknya.
Dalam Kitab Masa’il merupakan satu-satunya karya yang membicarakan masalah pokok-pokok agama yang terdiri dari iman, islam, ihsan, kemudian tauhid serta keterkaitan empat aspek tersebut dengan konsep marfi’ah.
Dari Tafsir Ibnu Katsir yang ditemukan isyarat bahwa Nabi Muhammad merupakan rasul pembawa kabar gembira dan rasul terakhir, peringatan serta penunjuk ke jalan yang benar kepada seluruh umat manusia di muka bumi ini.
Lebih lanjut, dalam Tafsir Al-Misbah mengandung panggilan tugas dakwah Rasulullah untuk bertindak sebagai saksi, pembawa kabar gembira, pemberi peringatan, dan cahaya yang menerangi. Dalam Tafsir Al-Munir ditemukan fungsi dakwah Rasulullah untuk menuntun, membimbing dan menunjukkan kebaikan, menyaksikan, memberikan kabar gembira, maupun peringatan.
Dalam Tafsir Al-Azhar bermakna tugas dan fungsi rasul yang bertindak sebagai saksi, pembawa kabar gembira, ancaman, penyeru dan penerang jalan. Di samping itu, dalam Tafsir Al-Qurthubi mengisyaratkan fungsi Rasulullah sebagai penghibur kaum mukminin yang juga bertindak sebagai saksi, pembawa kabar gembira, pemberi peringatan, penyeru kepada agama Allah, dan cahaya yang menerangi umat manusia.
Pendidik merupakan penghibur, yang bertugas dalam menyampaikan kabar gembira terhadap peserta didik dengan menghargai peserta didik yang menunjukkan perilaku baik, berprestasi. Untuk itu, pendidik memberikan penghargaan, pujian, hadiah, bertujuan untuk memotivasi peserta didik dalam meningkatkan prestasi belajar ke arah yang lebih baik untuk di masa depan.
Risalah yang dibawa oleh Rasulullah ditentang dan ditolak oleh sebagian masyarakat arab karena konsekuensinya Rasulullah memberikan kepada mereka peringatan berupa neraka dan segala siksaannya, dengan tujuan agar mereka takut dan kembali ke jalan yang benar yaitu jalan kepada Allah Swt. Pendidik(guru) bertugas mengingatkan dan memberikan peringatan terhadap peserta didik yang menyimpang dari etika, norma dan aturan yang berlaku.
Dengan demikian, pendidik berfungsi memberikan teguran lisan maupun pemberian sanksi fisik dengan mempertimbangkan kondisi dan tingkat kesalahan yang dilakukan oleh peserta didik. Makannya dalam Kitab Masa-il al-Muhtadi Li Ikhwan al-Mubtadi adalah tata cara beribadah dengan Allah Swt yaitu ilmu fiqih rukun iman dan Islam diajarkan.
Tarekat dan pendidikan adalah dua hal yang paling mendasar sebagaimana telah disebutkan di atas bahwa Islam di Aceh dan Minangkabau itu sama, maka sesuai dengan apa yang Kitab inj ajarkan di pendidikan salah satu bentuknya di Minangkabau adalah dengan adanya Pondok Pesantren yang sama aliran dan ajarannya dengan Syekh Abdul Rauf (***/)
Mohon Berkomentar Dengan Bahasa Yang Sopan. Terima Kasih