Oleh : Putri Marselina/Mahasiswi Jurusan Sastra Minangkabau, Universitas Andalas.
Fhoto by : Google Image |
“Minang” Kabau?. Jika mendengar kata Minangkabau pasti akan mengingat tentang budayanya yang dikenal dengan sangat kental, selain itu dengan filosofinya “Adat Basandi Syarak, Syarak basandi Kitabbullah”.
Menurut Ahmad Darwis, orang Minang dalam pengkajian jati dirinya dibagi menjadi 3 sudut pandang seperti :
1. Orang Minangkabau Asli : adalah seseorang yang masih menjunjung tinggi adat istiadat sebagai orang Minangkabau.
2. Orang Minangkabau Anyuik : Dapat diibaratkan dengan orang Minang yang sudah lama merantau bahkan sudah merasa sebagai masyarakat atau suku di daerah rantaunya, hingga tidak mau bahkan tidak mengenal lagimenggunakan budaya dan bahasa dari daerah asalnya yaitu Minangkabau.
3. Orang Minangkabau Karam : dalam bagian ini hamper sama dengan orang Minangkabau hanyuik perbedaannya orang Minangkabau Karam adalah orang minang yang telah lama merantau dan berkembang disana sehingga lupa bahkan tidak mengenal lagi adat istiadatnya sebagai orang Minang bahkan orang Minangkabau Kara mini tidak tahu persis atau sudah lupa dengan kampung halamannya.
OrangMinang adalah orang yang dikenal orang yang memiliki sifat tegas, dan pantang menyerah, bahkan tak jarang orang mengatakan bahwa orang Minang memiliki sifat yang sangat keras kepala, tetapi sebenarnya sifat keras kepala inilah yang menandakan bahwa orang Minang ini orang yang tegas dan sangat teguh pendirian.
Bahkan tak jarang atau bisa dikatakan bahwa banyak pemimpin negeri, para pahlawan yang memperjuangkan kemerdekaan, tokoh-tokoh penting yang terlahir sebagai orang Minangkabau, hal inilah yang menandakan bahwa orang Minangkabau adalah orang yang berpikir luas atau berwawasan luas.
Mereka akan tetap teguh pada pendiriannya jika apa yang menurutnya itu adalah suatu kebenaran, dan mereka tidak pernah diajarkan untuk takut kepada orang lain karena hidup orang Minang yang berpedoman kepada agama Islam, dimana dalam agama Islam hanya diperintahkan untuk takut hanya kepada Allah SWT.
Maka dari itu presiden pertama RI, seorang Bapak Proklamator yaitu Soekarna (Bung Karno) beliau mengatakan bahwa “Berpikirlah seperti orang Minang, Bekerjalah seperti orang Jawa, dan bicaralah seperti orang Batak”. Kata-kata atau ucapan itu merupakan 3 kunci sukses menurut Soekarno.
Berpikir seperti orang Minang : berarti menurutnya orang Minang memang terbukti dan diakui sebagai pemikir yang handal seperti salah satu contohnya Moh. Hatta. Selain itu orang Minang adalah pribadi yang pintar dan cepat dalam menerima ilmu.
Bekerja seperti orang Jawa : hal ini diungkapkan karena orang jawa dikenal dengan sangat tlaten dan ulet, dan orang Jawa juga dikenal dengan pekerja keras.
Bicara seperti orang Batak : hal ini juga dikatakan karena orang Batak berbicara dengan lantang dan tegas, serta kebanyakan orang Batak tidak suka berbasa-basi atau mereka akan langsung to the point. Mereka akan mengatakan suka jika mereka suka dan begitupun sebaliknya akan mengakatan tidak suka jika mereka tidak suka.
Tetapi apakah orang ‘Minang’ Kabau ini masih ada hingga sekarang?
Masyarakat Minangkabau tentu masih ada hingga sekarang, dan jiwa-jiwa serta pemikirannya juga masih tetap lekat pada orang Minang.
Tetapi seiring berjalannya waktu dan terus terjadinya perkembangan zaman apalagi ditambah dengan arus globalisasi yang semakin meningkat membuat kata ‘Minang’ semakin terlihat pudar bahkan bisa berpotensi hilang.
Hal itu terjadi karena sebagian masyarakat Minang yang tidak bisa menyaring pengaruh negative yang datang dari luar, ditambah lagi para anak muda Minang yang sebagian lebih suka dengan gaya kebarat-baratan.
Tetapi dibalik itu motode berpikir orang Minangkabau tetap melekat pada diri masing-masingnya. Pikiran orang minang sering dijadikan pedoman dan contoh dalam berpikir.
Seperti yang dikatakan bapak Proklamator Ir. Soekarno tersebut. Pemikiran orang minang dijadikan bahan acuan sukses karena orang minang lebih sering berpikir sampai kepada akar permasalahan selain itu pola bicara orang minang yang lebih cenderung memakai kata kias-kiasan contohnya seperti yang disampaikan oleh petuah adat :
Ba-kato Ba-Umpamo
Mangecek ado kiasannyo
Malantiang Manuju Tampuak
Manembak Tapek Sasarannyo
Dalam pengucapan dan perkataan orang minangkabau lebih suka menggunakan kata-kata kiasan agar tidak menyinggung orang yang akan dituju, tetapi walaupun penggunaan kata kiasan ini sering dimasukkan dalam ucapan, pasti juga akan tepat kepada orang yang akan dituju, dalam artian orang yang dimaksudkan akan mengerti dan paham makna dibalik kata-kata tersebut.
Landasan berpikir orang Minang juga tercakup dalam pepatah adat yang berbunyi sebagai berikut :
Rumah Basandi Batu
Adat Basandi Alue Patuik
Mamakai Anggo jo Tanggo
Sarato raso jo Pareso
Artinya : Rumah bersendi batu, adat bersendi kepada jalan yang benar dan pantas, memakai aturan yang wajib dituruti dan di patuhi, serta berbudi pekerti dan kecermatan.
Alue Patuik : artinya orang Minang dalam berpikir harus dapat meletakkan sesuatu pada tempatya, dengan tujuan untuk menciptakan keadilan dalam masyarakat dan menghindari perselisihan atau pertentangan dalam masyarakat.
Anggo Tanggo : artinya anggaran dasar/anggaran rumah tangga. Dalam artian orang Minang dalam mengerjakan sesuatu harus sesuai dengan aturan pokok dan aturan yang telah ada dalam adat dengan tujuan untuk mencapai atau menciptakan disiplin dan ketertiban dalam lingkungan kekerabatan dan dalam mengatur suatu nagari di ranah Minang.
Dan dalam pola pikir orang Minangkabau ini baik dalam masalah dan tentang hal apapun harus selalu menimbang baik dan buruknya yang akan terjadi, oleh sebab itu pemikiran orang Minang akan terkenal dengan pemikiran yang panjang, tajam, dan berisi.
Karena pada setiap pemikiran yang terlahir dari orang Minangkabau akan selalu mangaitkan atau berpedoman terhadap filosofi atau adat yang telah tertulis di Minangkabau yaitu “Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabbullah”.
Dan oleh sebab itu gaya berpikir orang Minangkabau akan selalu menjadi pedoman serta menjadi kunci sukses yang selalu dipegang oleh Bapak Proklamator, Ir. Soekarno. (***/)
Mohon Berkomentar Dengan Bahasa Yang Sopan. Terima Kasih