Oleh : Putri Amelya Yuliani
Rabab adalah alat musik gesek tradisional khas Minangkabau yang terbuat dari tempurung kelapa. Dilihat secara sekilas, bentuk dari alat musik rabab ini menyerupai bentuk biola.
Berbeda dari cara memegang biola, yang di letakkan di leher dekat bahu, rabab dimainkan dengan cara ditegakkan miring di depan pemain, tangan kiri memegang tangkai atau leher rabab di bawah dengan empu jari.
Dalam penggunaanya, irama yang dihasilkan dari gesekan rabab ini menghasilkan alunan musik yang khas serta dipadukan dengan suara pemain rabab.
Biasanya, dalam pertunjukan rabab, pemain rabab memainkan rababnya dengan membawakan kisah dari berbagai cerita nagari atau dikenal dengan istilah Kaba.
Rabab diperkirakan berasal dari budaya Persia-Arab. Seiring dengan masuknya Islam ke Indonesia, alat musik gesek tersebut juga menjadi salah satu sarana para pedagang Arab ketika itu untuk menyebarluaskan ajaran Islam.
Oleh karena itu alat musik tersebut banyak ditemui di beberapa daerah di Indonesia dengan penamaan yang berbeda seperti di Sumatera Barat di kenal dengan nama rabab, di pulau jawa disebut dengan rebab, di Aceh disebut dengan hereubab, di Sulawesi Selatan disebut juga dengan nama gesok-gesok.
Pada awalnya, alat musik rabab tidaklah berbentuk seperti biola saat ini. Akan tetapi, setelah kedatangan bangsa Eropa, yaitu Belanda, Inggris, dan Portugis ke wilayah ini dengan membawa alat musik gesek yang dinamakan biola.
Dari sinilah alat musik rabab yang terbuat dari tempurung kelapa itu menyesuaikan diri dengan alat musik biola yang dibawa oleh bangsa Eropa.
Sehingga sampai sekarang alat musik itupun disebut rabab, hanya cara memainkannya tidak dipundak melainkan diletakkan di bawah dan dimainkan dengan sambil duduk bersila.
Rabab atau lebih dikenal dengan Biola adalah kesenian tradisional yang umurnya sudah tergolong tua.Di Sumatera Barat, sebutan rabab tersebut tentunya berkaitan dengan latar belakang sejarah masuknya Islam ke Sumatera Barat.
Alat musik ini pada awalnya dibawa oleh pedagang-pedagang dari Aceh yang datang ke Minangkabau untuk berdagang dan menyebarkan Islam. Mereka menyebarkan islam dengan dakwah yang diiringi dengan musik rabab.
Ada beberapa macam jenis dari rabab yang tersebar didaerah Minangkabau diantaranya Rabab Darek, Rabab Pariaman, dan Rabab Pasisie. Rabab Di Minangkabau, rabab ini dikenal bermacam, ada Rabab Darek dan Rabab Pasisia.
Rabab pada kedua daerah ini memiliki ciri khas yang berbeda. Rabab Darek diyakini dibawa oleh para seniman dari pasisia.
Darek adalah kata untuk menyebut daerah luhak, yaitu Tanah Datar, Agam, dan Limapuluh Kota. Sementara Pasisia adalah untuk menyebut daerah Pantai Barat Minangkabau, terutama daerah Pesisir Selatan dan Pariaman.
Dari dua daerah tersebut, Rabab sangat membumi di Wilayah Pasisia, yaitu Pesisir Selatan dan Pariaman.
/*Penulis: Mahasiswa Jurusan Sastra Daerah Minangkabau, Universitas Andalas.
Mohon Berkomentar Dengan Bahasa Yang Sopan. Terima Kasih