Oleh : Raisya Hanifah/Mahasiswa Universitas Andalas, Jurusan Sastra Minangkabau
Dulang tinggi atau yang di sebut juga dengan talam memiliki arti sebagai baki yang berbentuk lingkaran yang terbuat dari kuningan. Ukuran dulang tinggi ini tidak mempunyai ukuran yang baku, tapi secara umum dulang di minnangkabau ini memiliki diameter 80-100 meter.
Sabagai wadah, dulang biaso dipakai wakatu acara-acara adat samisal panikahan jo batagak gala. Dulang dibaok dek nan datang nan dipakai untuk makan basamo. Pihak nan mambaok dulang adolah si tamu baik itu bako, pasumandan, ataupun besan.
Cara membawa dulang ini dijunjuang kepala oleh padusi semisal besan atau saudara sesuku dari si tamu. Sebelum di naikan ke atas kepala, kepala di kasih sama kain sarung atau kain panjang digulung dan dibuat seperti melingkar. Tujuan di buat dari alas sebelum meletakan dulang adalah supaya dulang bisa seimbang waktu dibawa.
Sesampai di temapat perempuan dulang tinggi tersebut fri sambut oleh pihak perumpuan tuan rumah yang kemudian diletakkan di depan pelaminan tempat anak daro dan marapulai bersanding, kalo itu acara perkawinan tetapi kalo acara batagak pangulu atau baralek nagari dulang tinggi tersebut disusun oleh orang yang membawa tersebut.
Rata-rata isi dulang adalah makanan, terdiri dari nasi dan aneka sambal (samba) sebagai teman pemakan nasi. Ibaratnya memindahkan meja makan ke tempat acara.
Sambal yang terdapat di dalam dulang itu seperti gulai atau goreng ayam, randang atau kalio daging telor balado atau dadar, atau telor mata sapi. Kemudian bisa juga ada ikan goreng, sayuran, agar-agar ataupun buah.
Selain itu, ada juga yang membawa goreng ikan kering, goreng atau kalio baluik, gulai jariang, sambalado, uwok patai dan lain sebagainya. Pokoknya layaknya makan di meja makan atau di rumah makan padang. Satu dulang bisa untuk makan dua hingga tiga orang.
Semua hidangan yang di dalam dulang itu menggunakan piring atau ada juga pakai cipia (piring sambal). Kecuali itu, nasi ditaruh dengan cambuang atau mangkok yang lebih besar. Pokoknya tak ada beda dengan hidangan rumah makan padang.
Semua ditata rapi dalam dulang, lalu ditutup dengan tudung dihiasi kain beludru segi empat bertatahkan hiasan. Dulang-dulang berisi hidangan langkok tersebut kemudian ditaruh di tempat kegiatan dengan jarak tertentu. Setelah semua tersususun rapi, maka duduklah kaum laki-laki untuk melakukan pidato atau basa-basi, kaum laki-laki tinggal membuka tudung penutup dulang. Siap untuk disantap.
Setelah makan, etikanya menaruh kembali semua piring tersebut ke dulang bersangkutan. Jangan sampai bertukar dengan isi dulang lainnya.
Namun dibeberapa daerah dulang tidak digunakan sebagai tempat makan taoi digunakan sebagai alat musiik atau mengiringi dendang, tradisi ini disebut dengan salawat dulang.
Tradisi tersebut hanya ada didaerah pariaman. Pertunjukan shalawat dulang biasanya dilakukan di hari hari besar islam dan alek nagari. Pertunjukan ini tidak dilakukan di tempat terbuka ataupun kadai
Cara pemakaian dulang sebagai alat music berbeda dengan sama dulang nan sebagai wajan dan baki Dulang pada tradisisi ini lebih mirip dipakai serupa rebana, karena pamakainya duduk baselo maka sisi paling bawah dulang akan barada di ujung kaki dan sisi paling atas akan di tahan sama siku nan kamudian sisi belakang dulang akan dipukul menyusikan dengan ritme si pandendang. Perbedaan lainnya dulang di tradisisi ini hanya dipakai sama kaum laki-laki yang berjumlah 2 urang. (***/)
Mohon Berkomentar Dengan Bahasa Yang Sopan. Terima Kasih