Oleh : Kevin Juandri Pratama, Mahasiswa Universitas Andalas, jurusan sastra Minangkabau
Masyarakat Minangkabau mempunyai tradisi yang hingga sekarang dipercaya dan di pegang teguh oleh masyarakat Minang yang merantau. Merantau adalah perginya seseorang dari tempat asal dimana ia tumbuh besar ke wilayah lain untuk menjalani kehidupan atau mencari pengalaman.
Banyak faktor yang menyebabkan seseorang merantau, diantaranya disebabkan faktor ekonomi, faktor alam, faktor pendidikan, bahkan ada juga disebabkan faktor tradisi atau budaya.
Merantau dalam budaya Minangkabau merupakan keharusan, khususnya kepada para pemuda jika ia ingin dipandang dewasa dalam masyarakat. Masyarakat Minang menganggap bahwa lelaki-lelaki remaja hingga pemuda yang belum menikah dan tidak pergi merantau sebagai orang-orang yang penakut.
Tetapi pada masyarakat Minang, merantau bukan hanya semata-mata untuk memperoleh kekayaan, atau memperoleh kehidupan yang lebih baik dibidang ekonomi sahaja, tetapi yang diutamakan masyarakat Minang dalam merantau adalah penemuan jati diri, pengalaman dan nilai-nilai hidup yang tidak didapatkan di daerah asal.
Jadi ketika kembali ke tanah kelahiran, si perantau benar-benar telah bersedia secara mental dan sikap untuk hidup bersama masyarakat. faktor paling dominan yang menyebabkan kebanyakan orang untuk merantau adalah kerana permasalahan ekonomi. Dalam hal ini merantau dianggap memberikan harapan untuk kehidupan yang lebih baik di tempat yang dituju.
masyarakat Minang yang merantau tidak selalu karena faktor ekonomi, melainkan faktor tradisi dan budaya. Budaya merantau bagi masyarakat Minang ini sudah ada sejak lama sebagai bentuk pemekaran wilayah ke wilayah lain.
Merantau juga dijadikan salah satu motivasi bagi masyarakat Minang supaya dapat beradaptasi dan bisa mengikuti perkembangan zaman yang sudah semakin modern. Bagi masyarakat Minang, merantau adalah sebuah keharusan.
Terlebih bagi laki-laki, para laki-laki akan dipandang lebih dewasa apabila merantau. Jika terdapat laki-laki muda yang belum menikah dan ia tidak pergi merantau ke wilayah lain, akan dianggap sebagai laki-laki penakut dan tidak mandiri.
Dikatakan penakut karena mereka tidak berani mencoba kehidupan baru di luar Minang, dan dikatakan tidak mandiri karena mereka masih bergantung kepada orang tuanya bahkan sanak saudara yang berada di Minang.
Baraja ka Nan Manang, Mancontoh Ka Nan Sudah (Belajar dengan yang menang, Contohi ke yang sudah/benda yang sudah terjadi.).
Masyarakat minang cepat belajar. Mereka akan suka rela belajar dari pengalaman kejayaan seseorang dan tentunya juga belajar dari setiap kegagalan yang ditemui, sehingga tidak akan terjadi kesalahan dua kali.
Tujuan hidup bagi orang Minangkabau adalah untuk berbuat jasa. Kata pusaka orang Minangkabau mengatakan bahwa “hiduik bajaso, mati bapusako”. Jadi orang Minangkabau memberikan arti dan harga yang tinggi terhadap hidup. Dengan pengertian, bahwa orang Minangkabau itu hidupnya jangan seperti hidup hewan yang tidak memikirkan generasi selanjutnya, dengan segala yang akan ditinggalkan setelah mati.
Karena itu orang Minangkabau bekerja keras untuk dapat meninggalkan, mempusakakan sesuatu bagi anak kemenakan dan masyarakatnya. Mempusakakan bukan maksudnya hanya dibidang materi saja, tetapi juga nilai-nilai adatnya. Oleh karena itu semasa hidup bukan hanya kuat mencari materi tetapi juga kuat menunjuk mengajari anak kemenakan sesuai dengan norma-norma adat yang berlaku.
“Baraja ka nan manang, mancontoh ka nan sudah”
Pepatah minang satu ini punya arti : belajar dari mereka yang sudah sukses dan ambil hikma dari kegagalan orang lain. prinsip ini cocok kalian terapkan jika ingin sukses terlebih di perantauan, tidak perlu ragu dan malu buat bertanya mengenai pengalaman orang lain.
Pengalaman tersebut bakal jadi bekal buat kamu memikirkan keputusan apa yang bakal kamu ambil. Dan perjalanan hidup seseorang bias juga jadi inspirasi supaya kita bisa sukses. (**")
Mohon Berkomentar Dengan Bahasa Yang Sopan. Terima Kasih