Ko |
TALEMPONG UNGGAN adalah sekumpulan alat musik tradisional Minangkabau yang terdiri dari enam talempong, dua gendang dan satu aguang. Kumpulan alat musik ini menghasilkan nada pentatonik.
Talempong Unggan hanya boleh dimainkan oleh perempuan dan hanya pada acara adat di Rumah Gadang serta harus mendapat izin dari pemuka adat. Selain itu, peralatan musik ini menjadi bagian dari acara khitanan.
Talempong Unggan menjadi salah satu tradisi yang dilakukan oleh masyarakat di Desa Unggan, Kecamatan Sumpur Kudus. Notasi musiknya adalah 1/16. Melodi yang dihasilkan tidak mengikuti irama tertentu tetapi cepat dengan ketukan 2/4 dan 4/4.
Tiap musik yang dihasilkan sesuai dengan cerita yang mengiringinya. Penamaan lagunya berasal dari nama daerah di sekitar Desa Unggan dan dari peristiwa alam. Para pemain Talempong Unggan lebih mengutamakan cara penyajian dan teknik permainan dibandingkan dengan melodinya.
Cara memainkan Talempong Unggan diwariskan secara turun-temurun dalam masyarakat Unggan. Pewarisan ini hanya diberikan kepada perempuan. Cara memainkan Talempong dapat dipelajari dari ibu atau belajar dari guru pada perguruan tertentu. Talempong Unggan hanya dapat dimainkan pada saat ada acara adat dan saat pemimpin adat wafat.
Waktu larangan bermain Talempong Unggan adalah saat padi akan mencapai masa panen. Peralatan musik ini juga hanya boleh dimainkan setelah memotong seekor kambing atau sapi.
Selain itu, Talempong Unggan harus dicuci dengan air jeruk sebelum dan sesudah menggunakannya. Sebagai salah satu tarian tradisional yang populer, tarian Piring memang sudah tidak asing lagi di telinga masyarakat Indonesia.
Namun, apakah kamu tahu sejarah tari Piring dan siapakah orang yang menciptakan tarian ini? Nah, ternyata tarian khas Minangkabau ini diciptakan oleh seorang seniman kondang asal Minangkabau bernama Huriah Adam. Dedikasi dan kecintaannya terhadap perkembangan tari tradisional memang patut diacungi jempol.
Tidak hanya tarian Piring saja, nama Huriah Adam sudah sangat populer di daerah Minangkabau karena banyak menghasilkan karya dan gerakan tari yang indah. Untuk menghargai karya yang diciptakan oleh beliau, kita harus ikut berandil dalam menjaga kelestarian budaya daerah.
Dalam buku berjudul Seni dan Budaya karya Harry Sulastianto, gerakan yang ada dalam tari piring ialah gerak batanam (bertanam), gerak manyabik (menyabit), gerak mengirik (mengirik padi), dan gerak berguling (berguling).
Gerakan-gerakan ini memiliki arti dan simbol dari masyarakat yang sedang berkegiatan dan bekerja. Umumnya, tari piring diiringi dengan musik tradisional yakni talempong. Musik ini terdiri dari 6 buah buah talempong, satu buah gong kecil, satu buah tambua, satu buah botol dan sejenis kerincing.
Selanjutnya, peralatan musik itu dibunyikan dengan cara dipukul menggunakan panokok, kecuali tambua yang dimainkan dengan tangan dan kerincing yang dipukulkan ke tangan. Tari piring dilakukan dengan pola garis lintasan yakni dengan 6 pola lantai dalam tarian yakni spiral, baris, lingkaran besar, lingkaran kecil, vertikal, dan horizontal.
Tiap masing-masing penari membentuk pola lantai bergerak maju dan mundur mengikuti pola lantai vertikal dan gerakan ke samping menggunakan pola horizontal. Biasanya, tarian ini dilakukan dengan jumlah penari ganjil yakni antara 3, 5, dan 7 penari.
Berikut ini beberapa urutan gerakan tari piring:
1. Persiapan Awal
Sebelum pentas digelar, para penari melakukan persiapan berupa latihan pernapasan agar tidak mudah lelah, pingsan, atau kacau ketika menari. Selanjutnya, kondisi piring-piring yang digunakan juga haruslah dipastikan dalam keadaan baik. Jika piring retak atau sumbing maka harus diganti dengan piring lain agar tidak pecah dan membahayakan penari maupun orang lain.
2. Awal Tarian
Umumnya, tari piring akan diawali dengan rebana atau gong yang dimainkan oleh para pemusik.Selanjutnya, penari akan masuk ke panggung dan mulai menari sembah pengantin atau tamu sebanyak 3 kali sebagai tanda penghormatan ke pengantin atau tamu.
3. Ketika Menari
Setelah melakukan tarian sesembahan, langkah berikutnya ialah penari akan melakukan tarian menggunakan piring dengan cara diayun-ayunkan ke kiri dan kanan mengikuti iringan musik yang dimainkan. Lalu, piring akan disusun dan penari mulai berdiri menapak dan memijak piring yang sudah disusun. Namun sebelumnya, penari akan memastikan dulu bahwa piring tersebut aman dipijak.
4. Akhir Tarian
Pada bagian akhir penari akan melakukan gerakan sesembahan tari untuk pengantin maupun tamu yang hadir. Kemudian, tarian ditutup dengan tiga sesembahan dengan susunan sembah pengantin tangan sebelah kanan, sembah pengantin tangan sebelah kiri, sembah pengantin tangan berhadapan Begitu pertunjukan tari tradisional ini dimulai, setiap penonton pasti akan berdecak kagum menikmati keindahan setiap gerakan tarian dan pertunjukannya yang begitu sempurna.
Selain dari gerakan, tari tradisional ini juga memiliki beberapa keunikan tersendiri, yakni seperti di bawah ini.
1. Busana Pria dan Wanita
Layaknya tari tradisional lain, tari tradisional piring juga punya busana khas untuk pementasan. Busana untuk penari piring pun ada dua, yakni untuk penari pria dan penari wanita. Kostum yang digunakan oleh penari pria memiliki ciri yang cukup menonjol dibandingkan dengan busana yang dikenakan penari wanita.
Meski begitu, keunikan dari busana penari pria ini tetap merupakan busana asli dari provinsi Sumatera Barat. Penggunaan pakaian khas daerahnya, menjadikan penampilan penari pria dan wanita terlihat lebih kompak walau dengan detail model yang berbeda.
Busana penari pria ini mempunyai nama Rang Mudo, dimana busana ini didesain dengan lengan panjang dan memiliki hiasan missia atau yang lebih dikenal dengan hiasan renda emas.
Kemudian untuk celana yang dikenakan penari pria memiliki sebutan besaran gelombang yang mana ukuran celananya cukup besar di bagian tengah dan pastinya memiliki warna selaras dengan warna atasannya.
Baju kurung adalah nama kostum yang digunakan penari piring wanita saat pementasan. Busana ini biasanya menggunakan kain satin yang dipadukan dengan kain beludru. Penari wanita akan menggunakan selendang layaknya penari pria.
2. Piring Sebagai Media Utama
Sesuai namanya, tari piring ini menggunakan piring atau peeling sebagai media utama tarian. Piring adalah alat yang menjadikan tarian ini berbeda dengan tarian tradisional lain, sehingga membuat orang mudah membedakannya dengan tarian lain. Penggunaan piring pada gerakan tari sendiri tidak sembarangan, namun dengan makna tersendiri yaitu sebagai tempat meletakkan sesaji berupa makanan bagi para dewa. Walaupun saat ini makna tersebut seakan sudah terhapuskan, akan tetapi penggunaan piring masih terus dilanjutkan sebagai ciri khas.
3. Gerakan Tari yang Cukup Unik
Piring yang menjadi media utama dari taran diletakkan di telapak tangan para penari dengan cara digenggam. Kedua telapak tangan menggenggam masing-masing satu piring berukuran sedang. Selanjutnya para penari akan melakukan gerakan tangan dengan memutar lalu mengayunkan tangan dan piring. Gerakan dilakukan seirama dengan iringan musik yang cukup lembut. Meskipun terdengar sederhana, tapi ayunan tangan dengan piring tepat di telapak tangan penari harus selalu seimbang. Inilah yang menjadikan gerakan tari piring terlihat unik.
4. Banyak Alat Musik Pengiring Tari Piring
Alat musik yang digunakan untuk mengiringi tarian tradisional ini bisa dikatakan cukup banyak, seperti saluang, gong, rebana, talempong dan juga berbagai macam alat musik lain. Umumnya, lagu yang digunakan untuk mengiringi gerakan tari adalah lagu Kahian Sai Tiusuang dan takhian pingping khua belas.
Pilihan lagu ini sesuai dengan gerakan tari yang begitu lembut dan cukup mendayu. Sementara untuk irama yang dihasilkan pun cukup unik, mengingat musik pengiringnya sendiri merupakan perpaduan dari beberapa alat musik.
5. Penari Menari di Atas Pecahan Piring
Bukan hanya menggunakan piring sebagai media utama yang digenggam pada telapak tangan, akan tetapi penari juga akan melakukan gerakan tari di atas pecahan piring. Gerakan unik ini akan dilakukan pada akhir pertunjukan, di mana para penari akan melempar piring yang digunakan tadi ke lantai. Selanjutnya para penari tersebut akan menari di atas pecahan piring yang telah dilemparnya tadi. Tentunya setiap gerakan tari di atas pecahan piring sudah dilakukan secara professional sehingga keselamatan penari tak perlu dikhawatirkan.
6. Ada Suara Dentingan Cincin
Terakhir, Moms juga bisa mendengar suara dentingan cincin selama pertunjukan berlangsung. Suara dentingan cincin ini seakan berpadu dengan suara iringan alat musik dan membuatnya terdengar lebih menarik. Suara dentingan cincin ini dihasilkan oleh para penari. Jadi setiap dentingan seakan selaras dengan gerakan dari tari tradisional tersebut.
Oleh : Givel Aftriyade, Sastra Minangkabau Universitas Andalas
Mohon Berkomentar Dengan Bahasa Yang Sopan. Terima Kasih