PADANG,-Berbagai stigma narasi yang dibangun berkaitan dengan etnis Cina yang pernah berjaya dan bermukim di Kota Pariaman di media publik menimbulkan persepsi negatif. Karena itu, DPD SatuPena Provinsi Sumatera Barat bakal menggelar bedah buku Tragedi Kanso Trauma Etnisitas Cina di Pariaman 1945.
Demikian disampaikan Ketua DPD SatuPena Provinsi Sumatera Barat Sastri Bakry, Selasa (15/8/2023) dalam keterangan persnya. Menurut Sastri Bakry, bedah buku yang diselenggarakan pada Sabtu, 19 Agustus 2023, bertepatan dua hari setelah peringatan Kemerdekaan RI ke-78.
Peristiwa tragedi kanso tersebut terjadi setelah peralihan kekuasaan pemerintahan di Indonesia, dari kekuasaan Jepang ke kekuasaan pemerintahan Indonesia yang baru saja diproklamirkan oleh Soekarno Hatta di Jakarta.
“Buku yang ditulis Sekretaris DPD SatuPena Sumatera Barat Armaidi Tanjung dibedahkan oleh dua orang narasumber yakni Dr. Free Hearty (Pakar Budaya/Penulis di Jakarta) dan Dr. Hasanuddin (Dosen Universitas Andalas Padang). Sedangkan keynote speaker Walikota Pariaman Dr. Genius Umar, S.Sos, M.Si, dengan moderator Yurnaldi Paduka Raja (Wartawan Utama/Penulis Buku),” kata Sastri Bakry yang tengah mempersiapkan iven Wara Wiri Feskraf di TMII Jakarta akhir Nopember 2023 mendatang.
Dikatakan Sastri Bakry, selama ini masih banyak masyarakat di Pariaman sendiri yang tidak mengetahui dan memahami apa yang terjadi dengan insiden peristiwa kanso. Sehingga simpang siur informasi dan cerita-cerita sepenggal yang beredar. Apalagi di tengah maraknya media sosial dan media online, orang di luar Kota Pariaman pun sudah banyak yang berkomentar keliru.
”Dengan bedah buku ini dan diterbitkannya buku yang menulis kronologis peristiwa kanso tersebut, mudah-mudahan bisa melihat peristiwa tersebut secara lebih jernih dan objektif. Tidak memberikan stigma negatif terhadap etnis Cina maupun masyarakat di Kota Pariaman. Seringkali karena informasi terbatas, sepotong-potong, keliru memahami sesuatu, termasuk peristiwsa kanso ini,” kata Sastri Bakry.
Penulis buku Armaidi Tanjung menambahkan, kegelisahan membaca informasi seputar peristiwa kanso salah satu faktor utama menulis buku ini. Pengumpulan bahan dari buku ini sudah dimulai sejak 2010 silam. Sebagian narasumber dalam buku ini yang sempat diwawancarai sudah wafat. Selain itu, ada pelaku peristiwa yang sempat diwawancarai sumber dari buku ini, juga sudah wafat.
”Belakangan informasi tersebut makin banyak yang keliru. Termasuk tahun terjadinya peristiwa tersebut, ada yang menyebutkan tahun 1944. Padahal peristiwa itu terjadi tahun 1945, setelah Indonesia merdeka dari kekuasan Jepang yang kalah berperang melawan Sekutu,” kata Armaidi, putra kelahiran Kota Pariaman.
Ketua Panitia Bedah Buku Andri Satri Masri menyebutkan, peserta yang diundang meliputi guru, kepala desa, mahasiswa, tokoh masyarakat, pimpinan organisasi kemasyarakatan, perguruan tinggi dan umum yang berminat. Peminat bisa kontak ke nomor 081374001167 / 085263749170. (***)
Mohon Berkomentar Dengan Bahasa Yang Sopan. Terima Kasih