Foto by : googgle image |
SALUANG sebuah instrumen musik tiup tradisional dari Minangkabau, Sumatera Barat, tidak hanya menghasilkan melodi yang indah tetapi juga mencerminkan hubungan yang dalam antara alam dan budaya dalam masyarakat Minangkabau.
Dengan akarnya yang kaya dalam tradisi lokal, Saluang telah menjadi bagian tak terpisahkan dari identitas musikal Minangkabau dan mendalamnya warisan budaya mereka.
Saluang, secara harfiah berarti "seruling" dalam bahasa Minangkabau, terbuat dari bambu atau kayu dengan lubang yang dibor untuk menghasilkan suara yang khas.
Instrumen ini sering dimainkan secara solo atau dalam ansambel dengan instrumen lain seperti talempong (gamelan Minangkabau), gendang, dan biola.
Ketika dimainkan, Saluang mampu menciptakan melodi yang mengalir dengan indah, meresap ke dalam jiwa pendengarnya.
Saluang tidak hanya merupakan instrumen musik semata, tetapi juga merupakan cerminan dari filosofi Minangkabau tentang hubungan harmonis antara manusia dan alam.
Bunyi-bunyi yang dihasilkan oleh Saluang diyakini oleh masyarakat Minangkabau sebagai ekspresi dari alam sekitarnya. Melalui Saluang, mereka menghormati dan merayakan keindahan alam serta kehidupan sehari-hari mereka.
Namun, seperti banyak warisan budaya tradisional lainnya, Saluang juga menghadapi tantangan dalam menjaga keberlangsungannya. Globalisasi, modernisasi, dan perubahan sosial telah mengancam untuk mengaburkan nilai-nilai budaya tradisional.
Oleh karena itu, penting bagi masyarakat Minangkabau untuk terus mempromosikan, mendukung, dan memelihara praktik musik tradisional mereka, termasuk Saluang.
Saluang, alat musik tiup tradisional Minangkabau, adalah simbol penting dari warisan budaya Indonesia.
Dalam keberadaannya, Saluang mencerminkan hubungan yang dalam antara manusia, alam, dan tradisi budaya. Dr. Ahmad Syawqi, seorang ahli etnomusikologi dari Universitas Andalas, mengungkapkan, "Saluang bukan hanya instrumen musik, tetapi juga sebuah cermin bagi kehidupan dan nilai-nilai budaya masyarakat Minangkabau.
Bunyi-bunyinya tidak hanya menghibur, tetapi juga mengajarkan tentang harmoni dengan alam dan kearifan lokal.
Menurut Dr. Syawqi, penting untuk mengakui peran Saluang dalam mempertahankan identitas budaya Minangkabau.
"Saluang merupakan bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari masyarakat Minangkabau. Melalui musik tradisional ini, nilai-nilai seperti kebersamaan, kesederhanaan, dan kearifan lokal terus diperkuat dan dilestarikan," katanya.
Namun, Dr. Syawqi juga mengakui bahwa Saluang dan warisan musikal Minangkabau lainnya menghadapi tantangan dalam era modern ini.
"Perubahan sosial, pengaruh global, dan kurangnya dukungan terhadap seni tradisional dapat mengancam kelangsungan hidup Saluang," tambahnya.
Untuk menjaga keberlangsungan Saluang dan warisan musik tradisional Minangkabau, Dr. Syawqi menekankan pentingnya pendidikan, promosi budaya, dan dukungan dari pemerintah dan masyarakat.
"Kita perlu memberikan perhatian yang lebih besar pada pendidikan musik tradisional di sekolah-sekolah dan universitas, serta mengadakan acara dan festival budaya untuk memperkenalkan Saluang kepada generasi muda," ungkapnya.
Pada umumnya kesenian Saluang di Minangkabau berfungsi sebagai media hiburan bagi masyarakat pendukungnya.
Walaupun dahulunya instrument Saluang kerap digunakan sebagai sarana ritual, akan tetapi seiring berkembangnya zaman dan perubahan pola pikir serta prilaku masyarakat maka kesenian Saluang dewasa ini hanya digunakan sebagai media hiburan.
Saluang Panjang merupakan salah satu alat musik yang tumbuh dan berkembang di Nagari Luak Kapau Kecamatan Pauh Duo Kabupaten Solok Selatan.
Instrument ini memiliki tiga buah lubang nada dan merupakan jenis alat musik tiup wistle flute (mempunyai lidah), hal ini tentunya sangat berbeda dengan beberapa Saluang di Minangkabau yang cenderung termasuk jenis end blown flute (tidak mempunyai lidah.
Dalam sebuah Pertunjukan kesenian Saluang Panjang ini menggunakan istrument Saluang Panjang sebagai pengiring vocal atau dendang yang bersifat sindiran terhadap aktifitas penonton yang ada pada saat itu.
Terlaksananya suatu pertunjukan harus didukung oleh unsur pertunjukan itu sendiri seperti seniman Penyaji, dan masyarakat pendukungnya (penonton).
Demikian pula yang dialami pertunjukan Saluang Panjang, yang mana penonton merupaka salah satu unsur pendukung terlaksananya pertunjukan.
Menurut Edi Sedyawati, (1991, 102). Untuk memberi arti sebuah seni pertunjukan sebagai suatu pengalaman bersama, dimana penonton dan pemain saling berhubungan.
Artinya dengan adanya hubungan penonton dengan pemain maka suasana pertunjukan bisa menjadi lebih hidup. Ini dapat dilihat saat pertunjukan berlangsung, dimana penonton pada suatu saat bisa menjadi pemain, baik itu sebagai tukang Saluang maupun sebagai tukang dendang.
Begitu pula dengan pemain, dia pada suatu saat pertunjukan berlangsuang bisa pula menjadi penonton. Pertunjukan kesenian Saluang Panjang, pemain merupakan bagian dari sistem pertunjukan, karena tanpa pemain pertunjuan tidak mungkin dapat terlaksana.
Pemain dalam pertunjukan Saluang Panjang ada yang berperan sebagai peniup Saluang (tukang Saluang) dan pendendang (tukang dendang), tukang Saluang biasanya adalah laki-laki.
Jumlah tukang Saluang dalam sebuah pertunjukan Saluang Panjang ada yang satu orang, dan ada pula yang dua orang, tujuanya adalah jika terdapat dua orang tukang Saluang sekiranya tukang Saluang pertama berhenti bermain untuk istirahat sejenak, maka akan digantikan oleh tukang Saluang yang satunya lagi lalu melibatkan penonton sebagai pendendang.
Dengan usaha bersama, Saluang dan warisan musikal tradisional Minangkabau dapat terus dihargai, dilestarikan, dan dirayakan sebagai bagian yang tak terpisahkan dari kekayaan budaya Indonesia.
Melalui pengembangan program-program pendidikan dan promosi budaya lokal, serta dukungan dari pemerintah dan masyarakat, Saluang dan warisan musikal tradisional Minangkabau lainnya dapat terus hidup dan berkembang.
Hal ini tidak hanya penting untuk melestarikan identitas budaya, tetapi juga untuk mewariskannya kepada generasi mendatang sebagai bagian tak terpisahkan dari warisan budaya Indonesia yang kaya dan beragam.
Dengan upaya bersama, harmoni bunyi alam Saluang dan warisan musikal tradisional Minangkabau akan terus mengalun dalam kehidupan dan kebudayaan masyarakat Minangkabau untuk generasi yang akan datang.
Penulis : Ratih Deswita/Prodi Sastra Minangkabau Universitas Andalas/Anggota Lembaga Mahasiswa Jurusan ( LMJ ) |
Mohon Berkomentar Dengan Bahasa Yang Sopan. Terima Kasih