Oleh : Diah Zhawa/Mahasiswa Universitas Andalas, Prodi Sastra Minangkabau
MANTRA pengobatan telah menjadi bagian penting dalam warisan budaya di Kenagarian Simpang Tonang, mencerminkan kepercayaan dan tradisi yang kental di masyarakat setempat.
Dalam jurnal "Struktur dan Fungsi Mantra Pengobatan di Kenagarian Simpang Tonang Kecamatan Dua Koto Kabupaten Pasaman", Reka Saputri, Warni, dan Sovia Wulandari dari Program Studi Sastra Indonesia Universitas Jambi mengungkapkan esensi serta peran mantra pengobatan dalam konteks budaya setempat.
Penelitian tersebut menggunakan metode deskriptif kualitatif untuk menggambarkan struktur dan fungsi mantra pengobatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mantra pengobatan di Kenagarian Simpang Tonang memiliki struktur yang khas, ditandai dengan penggunaan bahasa arab, bahasa daerah, serta irama dan ritme yang lembut.
Terdapat juga pola rima yang khas, seperti asonansi, aliterasi, dan rima tak sempurna, yang memberikan karakteristik unik pada setiap mantra. Selain itu, penelitian ini juga mengungkapkan fungsi mantra pengobatan dalam masyarakat setempat.
Mantra pengobatan tidak hanya digunakan sebagai sarana penyembuhan fisik, tetapi juga sebagai sarana untuk berdoa dan membawa kebaikan.
Hal ini mencerminkan hubungan erat antara kepercayaan spiritual dan praktik pengobatan tradisional dalam budaya Kenagarian Simpang Tonang.
Pentingnya penelitian ini terletak pada upaya melestarikan serta mengapresiasi sastra lisan, khususnya mantra, sebagai bagian dari warisan budaya yang semakin langka.
Dengan menggali lebih dalam tentang struktur dan fungsi mantra pengobatan, kita dapat memahami nilai-nilai budaya dan spiritual yang terkandung di dalamnya, serta menjaga agar warisan ini tetap hidup dan relevan dalam masyarakat modern.
Dalam konteks globalisasi dan modernisasi, pelestarian budaya lokal seperti mantra pengobatan menjadi semakin penting. Dengan memahami serta menghargai kekayaan budaya yang dimiliki oleh masyarakat setempat, kita dapat memperkuat identitas dan memperkaya keragaman budaya di Indonesia.
Oleh karena itu, penelitian ini memberikan kontribusi yang berarti dalam upaya pelestarian dan pengembangan budaya lokal di Kenagarian Simpang Tonang serta wilayah sekitarnya.
Pendapat ahli yang relevan dapat disajikan dalam konteks essay ini untuk memberikan wawasan tambahan tentang pentingnya pelestarian budaya lokal, termasuk praktik mantra pengobatan. Sebagai contoh, dalam jurnal "Pelestarian Budaya Lokal dalam Era Globalisasi:
Tantangan dan Peluang" yang ditulis oleh Ahmad Rifai pada tahun 2020, dipaparkan bahwa pelestarian budaya lokal adalah kunci untuk mempertahankan identitas masyarakat di tengah arus globalisasi yang semakin kuat.
Rifai menekankan pentingnya mengakui dan menghargai praktik-praktik tradisional seperti mantra pengobatan sebagai bagian integral dari kekayaan budaya sebuah masyarakat.
Dalam pandangan Rifai, keberadaan praktik-praktik tradisional seperti mantra pengobatan tidak hanya merupakan warisan budaya, tetapi juga sumber pengetahuan yang berharga yang dapat memberikan wawasan tentang cara pandang dan nilai-nilai yang dimiliki oleh masyarakat tertentu.
Oleh karena itu, upaya pelestarian budaya lokal, termasuk dokumentasi dan studi tentang praktik-praktik tradisional seperti mantra pengobatan, sangatlah penting untuk memperkaya pemahaman tentang keragaman budaya dan mempertahankan keberlanjutannya di tengah tantangan globalisasi.
Mantra pengobatan merupakan bagian tak terpisahkan dari budaya lokal di Kenagarian Simpang Tonang. Dalam masyarakat desa ini, mantra-mantra seperti Barah Talingo, Bagokon, dan Dicakok Ulok memiliki peran yang penting dalam upaya penyembuhan penyakit secara tradisional.
Mantra Barah Talingo, misalnya, digunakan untuk menyembuhkan sakit telinga. Dibacakan dengan minyak makan yang dicampur teparapi atau arang, mantra ini bukan hanya alat pengobatan, tetapi juga sarana spiritual dalam bentuk doa kepada Allah SWT.
Begitu pula dengan Mantra Bagokon yang digunakan untuk penyembuhan sakit gondok. Dibacakan sambil menggunakan nasi panas dan benda-benda lain yang diyakini memiliki kekuatan penyembuhan, mantra ini mencerminkan hubungan erat antara praktik pengobatan dan kepercayaan spiritual masyarakat.
Selain fungsi pengobatan, mantra-mantra ini juga mencerminkan kekayaan budaya lokal dan menjadi bagian dari identitas masyarakat Kenagarian Simpang Tonang.
Seiring dengan arus globalisasi yang semakin kuat, pelestarian praktik-praktik seperti ini menjadi semakin penting. Ahmad Rifai dalam jurnalnya yang berjudul "Pelestarian Budaya Lokal dalam Era Globalisasi: Tantangan dan Peluang" (2020) menekankan bahwa pelestarian budaya lokal adalah kunci untuk mempertahankan identitas masyarakat di tengah tantangan modern.
Dengan demikian, upaya pelestarian mantra-mantra pengobatan bukan hanya tentang menjaga warisan budaya, tetapi juga tentang mempertahankan keberagaman budaya dan kearifan lokal.
Dalam konteks ini, penelitian. Reka Saputri, Warni, dan Sovia Wulandari (2023) tentang struktur dan fungsi mantra pengobatan di Kenagarian Simpang Tonang memberikan pemahaman yang mendalam tentang pentingnya praktik ini bagi masyarakat setempat.
Melalui analisis struktur dan fungsi mantra-mantra tersebut, dapat disimpulkan bahwa mereka tidak hanya berperan sebagai alat pengobatan, tetapi juga sebagai sarana spiritual dan upaya mendatangkan kebaikan bagi individu yang memerlukannya.
Dengan demikian, menjaga keberlangsungan dan melestarikan mantra pengobatan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari upaya mempertahankan budaya lokal yang kaya dan beragam.
Selain itu, hal ini juga merupakan langkah penting dalam memperkuat identitas dan kearifan lokal masyarakat Kenagarian Simpang Tonang di tengah tantangan globalisasi yang terus berkembang. (**/)
Mohon Berkomentar Dengan Bahasa Yang Sopan. Terima Kasih