Oleh : Syafrial Suger
November 2024 ini masyarakat Padang Pariaman akan menentukan pemimpinnya di Pemilihan Kepada Daerah (Pilkada) 2024 untuk lima tahun kedepan, baik buruknya pembangunan dan tatanan kehidupan bermasyarakat ditentukan oleh masyarakat pemilih dalam memilih pemimpin.
Masyarakat pemilih tidak lagi melihat dari mesin partai yang mengusung para kandidat.
Hasil survey yang dilakukan Kelompok diskusi dan kajian opini publik Piaman kepada masyarakat di daerah ini, masyarakat pemilih merinci secara teliti tentang kelayakan seorang pemimpin yang mampu mengarah kebaikan dan perbaikan masyarakat secara ekonomi, sosial, budaya dan mampu menggali potensi daerah yang berzaskan manfaat.
Artinya, masyarakat pemilih di daerah ini memilih seorang pemimpin yang mampu memberikan manfaat di segenap permukaan alam tidak melupakan integritas kelompoknya bahkan keluarganya.
Salah satu teori yang di lahirkan Kelompok diskusi dan kajian opini publik Piaman, Pilkada 2024 ini merinci bakal calon pemimpin di daerah ini seperti Masinis kereta yang mampu menderek 113 gerbong. Artinya, sebanyak 113 nagari yang ada di daerah ini agar tidak tergelincir dari rel.
Kepemimpinan yang tidak efektif memiliki potensi yang mengkhawatirkan dalam sebuah organisasi.
Dari luar, semuanya mungkin terlihat baik-baik saja, namun dibalik tirai, dampaknya bisa merusak dan bahkan mengancam eksistensi organisasi masyarakat dan daerah.
Kepemimpinan yang tidak efektif mampu meruntuhkan fondasi organisasi. Kurangnya visi yang jelas, ketidak mampuan dalam mengambil keputusan, atau bahkan tidak adanya komunikasi yang efektif dapat menciptakan kesenjangan besar.
Survey kelompok diskusi dan kajian opini publik Piaman, dari sejumlah bursa Bakal Calon Kepala Daerah (BaCakada) melakukan penyerahan formulir di sejumlah sekretariat partai politik di daerah ini, menyimpulkan bahwa sebanyak 2 kandidat BaCakada menjadi fokus perhatian. Kedua kandidat itu yakni, Suhatri Bur sebagai petahana dan John Kenedy Azis sebagai penantang.
Petahana memang selalu menjadi momok bagi Penantang dalam perhelatan pemilihan apapun. Polical power yang dimilki petahana tidak bisa dianggap remeh. Selain kesiapan finansial, mengandalikan kekuasaan di tahun berjalan.
Konsep yang lahir dari kelompok diskusi dan kajian opini publik Piaman ‘Masinis kereta Padang Pariaman Harus Mampu derek 113 Gerbong’ ini mengambarkan sosok pemimpin yang mampu hijrah dari kebaikan.
Artinya, peyelenggara pelayanan publik yang optimal dan pencapaia kesejahteraan masyarakat. Pencapaian dimaksud dapat terwujud melalui kondisi di mana terjadi pemerataan dan kemandirian dari 113 nagari yang ada di Padang Pariaman.
Hal ini berkenan dengan basis penerapan otonomi daerah sebagai sisitim untuk memajukan nagari, yang pada saat bersamaan juga memajukan daerah dan masyarakat secara keseluruhan.
Dari kedua kandidat tersebut, diakui oleh masyarakat Padang Pariaman memiliki elektabilitas dan popularitas cukup tinggi dari beberapa kandidat lainya. Kenapa tidak, kedua kandidat ini berangkat dari politisi.
Suhatri Bur sebagai bupati Padang Pariaman dilantik 26 Februari 2021 lalu, sebagai kandidat petahana merupakan pihak yang paling diuntungkan terkait modal politik dan modal sosial dalam kontestasi Pilkada serentak.
Nah..! mampukah kedua kandidat tersebut membawa 113 gerbong ke arah kebaikan dan perbaikan masyarakat secara ekonomi, sosial, budaya dan juga mampu menggali potensi daerah yang berzaskan manfaat.
Kini, pemilih menjatuhkan pilihanya dilihat dari siapa pasangan kandidat yang akan menjadi wakil bupati di daerah ini. Artinya, seorang wakil sangat penting dalam membantu tugas dan fungsi kepala daerah dalam pelaksanaan pemerintah dan pembangunan.
Selain itu, kepala daerah juga dituntut melakukan lobi-lobi ke tingkat pusat, bahkan ke peresiden sekalipun guna membawa daerah dan masyarakat ke arah yang lebih baik.
Kedua kandidat bakal calon kepala daerah ini menjadi fokus perhatian masyarakat pemilih yang memiliki kemapuan yang tidak bisa dikatakan biasa-biasa saja. Namun, dari kedua kandidat itu me muncul sebagai kuda hitam di Pilkada kali ini yakni, Muhammad Fadil.
Bahkan dapat dikatakan Kuda Hitam atau kuda perang yang tidak hanya bisa berlari kencang, tetapi punya inisiatif untuk melambat, berhenti, dan bahkan berbelok untuk meraih kemenangan tanpa harus menghabiskan tenaga.(*)
Mohon Berkomentar Dengan Bahasa Yang Sopan. Terima Kasih