Tradisi Tabuik Pariaman

0

 

Oleh: Afrima Fahsa, Jurusan Sastra Minangkabau, Universitas Andalas Padang.


Fhoto By Google Image


TABUIK adalah sebuah tradisi unik yang dilaksanakan setiap tahun di kota Pariaman, Sumatera Barat.


Tabuik memiliki nilai sejarah, religius, dan budaya yang mendalam, yang membuatnya menjadi salah satu warisan budaya penting di Indonesia.


Upacara Tabuik menjadi peringatan akan terbunuhnya seorang imam yang begitu dikagumi oleh pengikut kaum Syiah. 


Tradisi itu berkaitan erat dengan meninggalnya cucu Nabi Muhammad, Husein bin Ali bin Abi Thalib.


Namun, seiring berjalannya waktu, peringatan ini berkembang menjadi sebuah perayaan budaya yang lebih luas, khususnya di Pariaman. 


Tabuik pertama kali diperkenalkan oleh para pedagang Muslim India yang datang ke Pariaman.


Tabuik merupakan bagian dari cara masyarakat merayakan tradisi tabuik secara tahunan. 


Ketika upacara adat ini sudah diakui oleh pemerintah sebagai bagian berharga dari kehidupan berbangsa, maka tabuik pun menjadi bagian dari bangsa Indonesia.


Tabuik ini kini tidak hanya menjadi bagian dari adat masyarakat setempat semata melainkan juga menjadi salah satu bagian dari komoditas pariwisata daerah.


Tabuik pada tahun-tahun tersebut kental dengan pengaruh timur tengah yang dibawa oleh keuturnan India penganut Syuah. 


Kemudian terjadilah perubahan bentuk perayaan guna menyesuaikan dengan adat istiadat masyarakat Minangkabau. 


Oleh karenaitu tabuik  awalnya hanya ada satu yakni tabuik pasa. Perubahan itu terjadi ketika ada segolongan masyarakat mengajukan supaya terwujud tabuik dalam bentuk lain. 


Terjadilah kesepakatan tabuik di buat di dua daerah, satu di daerah Pasa sehingga disebtu dengan tabuik Pasa dan Tabuik Subarang yang dilaksanakan di seberang Sungai Pariaman.


Tabuik Pasa berada di sisi selatan sungai yang membelah kota sampai ke tepian Pantai Gandoriah. Wilayah Pasa dianggap sebagai asal muasal tradisi Tabuik dibentuk. 


Sedangkan Tabuik Subarang yang terletak di seberang utara Sungai Pariaman disebut sebagai kampung Jawa karena penduduk di sana merupakan pendatang dari Jawa.


Dalam pelaksanaan ritual Tabuik akan ada dua belah pihak, katakanlah pihak selatan dan utara dari satu wilayah. Keduanya akan saling bertarung dalam saat Basalisiah berlangsung. 


Kedua kubu akan saling menyerang, mereka melemparkan gendang tasa sampai terjadi bentrokan.Dalam pelaksanaan Basiliah sekilas seolah-olah masyarakat saling mendendam karena terjadi bentrokan. 


Sesungguhnya tidaklah demikian, karena pelaksanaannya hanyalah bagian dari upacara untuk menggambarkan cerita kematian Hussein. 


Dalam pelaksanaan upacara Tabuik ada urutan upacara yang harus dilaksanakan. Pertama, ritual mengambil tanah atau disebut juga dengan maambiak tanah. Ritual ini dimulai tanggal 1 muharram. 


Dalam prosesi ini, tetua upacara Tabuik akan mengambil segumpal tanah dari sungai. Aktivitas ini dilaksanakan di sore hari dan harus pada tanggal 1 Muharram. 


Upacara ini dimulai dengan arak-arakan yang diiringi dengan gendang tasa. Ritual mengambil tanah di sungai ini dilaksanakan oleh kedua kelompok Tabuik, baik itu Tabuik Pasa maupun Tabuik Subarang. 


Setelah mengambil tanah atau disebut dengan ritual maambiak tanah, dilaksanakan prosesi kedua yang berupa menebang Batang Pisang atau disebut juga dengan istilah Manabang Batang Pisang. 


Pelaksanaan ritual menebang batang pisang dipersepsikan sebagai ketajaman pedang yang digunakan selama perang. 


Mebang batang pisang juga menjadi simbol untuk menuntut kematian Husein tersebut. ritual menebang batang pohon pisang ini dilakukan oleh seorang pria dengan pakaian silat. 


Batang pisang harus ditebang dalam sekali tebas. Tidak boleh dilakukan dengan dua sampai tiga kali tebas.


Setelah proses kedua dilaksanakan, dilanjutkan proses ketiga yang berupa bacakak, ini berupa ritual tari perkelahian yang dilakukan oleh dua kelompok tabuik. 


Ritual ini sebagai representasi dua kelompok yang saling berperang. Upacara ini akan diiringi oleh gendang tansa.


Selanjutnya, hampir memasuki prosesi terakhir, di mana pelaksana upacara melaksanakan ritual tabuik naik pangkat yang dilaksanakan pada dini hari tanggal 10 Muharram. 


Upacara ini dilaksanakan menjelang fajar, di mana ada dua bagian tabuik yang sudah dibangun mulai disatukan menjadi tabuik utuh. 


Acara ini disebut sebagai tabuik naik pangkat karena tabuik yang sudah disatukan kemudian diusung ke jalan untuk dibawa ke pantai. 


Sebelumnya akan ada pesta hoyak tabuik yang dilaksanakan tepat ketika matahari terbit di tanggal 10 muharram. 


Dimulai sekitar pukul 09.00 Wib, para pelaksana tabuik akan membawa tabuik sepanjang jalan diiringi oleh bunyi gendang.


Acara ini hoyak tabuik akan berlansung sampai sore hari karena perjalanan menuju pantai akan berlangsung sampai turunnya matahari. 


Tepat saat itulah akan terjadi prosesi upacara tabuik dibuang ke laut. Pelaksanaannya tepat pada tanggal 10 muharram petang. 


Tabuik akan dilepas ke laut oleh kelompok nagari Pasa dan Subarang di antara warga yang menyaksikan yang sekaligus menjadi peserta upacara tabuik. (**/)


Tags

Posting Komentar

0Komentar

Mohon Berkomentar Dengan Bahasa Yang Sopan. Terima Kasih

Posting Komentar (0)

#buttons=(Accept !) #days=(20)

Our website uses cookies to enhance your experience. Learn More
Accept !
To Top