Oleh : Wahyu Saptio Afrima
Ilustrasi foto by.jawapos |
Sekitar 8,8 juta masyarakat Indonesia terindikasi sebagai pengguna judi online pada tahun 2024, sebuah angka yang tidak sedikit.
Sebanyak 2,3 juta tercatat sebagai pengguna aktif, sebagian besar dari angka tersebut adalah masyarakat ekonomi menengah kebawah.
Tentu saja muncul banyak pertanyaan dibenak kita, kenapa begitu tinggi pengguna judi online di Indonesia?, dan apa hal yang mendasari perilaku tersebut?.
Perjudian telah menjadi bagian dari kehidupan manusia sejak dahulu, dan dampaknya terhadap kehidupan masyarakat sangat kompleks.
Dalam konteks sastra, terutama dalam karya sastra “Kaba Siti Baheram”, kita dapat melihat bagaimana perjudian tidak hanya mempengaruhi kehidupan pribadi, tetapi juga mengubah tatanan sosial dan budaya masyarakat.
Kaba ini tidak sekedar cerita karangan semata, tetapi memang benar- benar peristiwa nyata yang terjadi di Sungai Pasak, Kota Pariaman pada tahun 1916.
Kaba ini menggambarkan tragedi pembunuhan berencana yang disebabkan oleh kecanduan judi, sehingga yang membuat pelaku gelap mata dan akal sehatnya.
"Kaba Siti Baheram" menceritakan kisah tragis seorang perempuan muda yang dibunuh oleh Ajo Juki, seorang pecandu judi yang juga merupakan kerabatnya.
Kejadian ini bukan hanya sebuah cerita kriminal, tetapi juga cerminan dari norma dan nilai dalam masyarakat Minangkabau.
Dalam budaya Minangkabau perjudian merupakan perbuatan yang menyimpang dan bertentangan dengan norma yang berlaku yang dapat merusak tatanan masyarakat.
Kaba ini mencerminkan bagaimana perjudian dapat mengubah karakter seseorang, menjadikan mereka egois dan tidak peduli terhadap orang-orang di sekitarnya.
Ajo Juki merupakan seorang pemuda anak semata wayang yang tinggal dan dibesarkan ibunya seorang diri.
Sebagai anak satu- satunya, Ajo Juki sangat disayang dan dimanja, apapun kemauan dan permintaannya akan dipenuhi.
Karena terbiasa dimanja, Ajo Juki tumbuh menjadi anak yang manja dan tidak terbiasa membanting tulang.
Saban hari hanya duduk di Lapau untuk berjudi, pergi siang pulang pagi hari. Minta uang ke Ibunya untuk modal berjudi, kalau uang tidak ada maka barang- barang di rumah pun yang bisa dijual akan dijual.
Ibunya hanya bisa menangis meratapi kelakuan Juki, tidak bisa melawan, karena kalau melawan Ajo Juki tidak ada kasihan membentak bahkan main tangan ke Ibunya.
Perjudian dalam konteks ini berfungsi sebagai simbol dari keruntuhan moral. Ajo Juki, yang terjebak dalam kecanduan judi, rela melakukan tindakan kejam demi uang untuk berjudi.
Hal ini menunjukkan bahwa perjudian tidak hanya menghancurkan individu tetapi juga merusak hubungan keluarga dan masyarakat.
Dalam kebudayaan Minangkabau yang menjunjung tinggi nilai-nilai agama dan kekeluargaan, tindakan Ajo Juki sangat bertentangan dengan prinsip-prinsip tersebut.
Dari sudut pandang individu, dampak perjudian sangat merusak. Dalam "Kaba Siti Baheram", kita melihat bagaimana Ajo Juki telah kehilangan rasa belas kasih , rasa simpati dan empati.
Ia tidak hanya kehilangan kendali atas dirinya sendiri tetapi juga merusak hubungan dengan orang-orang terdekatnya, termasuk Siti Baheram yang sering membantunya.
Kecanduan judi menyebabkan Ia melakukan tindakan diluar batas kewajaran dan kriminal.
Dampak perjudian tidak hanya dirasakan oleh individu tetapi juga meluas ke masyarakat. Dalam "Kaba Siti Baheram", kita melihat bagaimana pembunuhan tersebut menciptakan ketidakpercayaan di antara anggota masyarakat.
Masyarakat mulai curiga satu sama lain, terutama terhadap para penjudi. Ketegangan ini menciptakan suasana ketidakpastian dan ketegangan sosial yang dapat mengganggu keharmonisan masyarakat.
Perjudian juga sering kali dikaitkan dengan perilaku kriminal lainnya. Pembunuhan Siti Baheram adalah contoh nyata bagaimana perjudian dapat mendorong individu untuk melakukan kejahatan demi memenuhi kebutuhan finansial mereka.
Tindakan Ajo Juki tidak hanya menghancurkan hidup Siti Baheram tetapi juga menciptakan trauma kolektif bagi masyarakat Pariaman.
Hukum harus ditegakkan, Ajo Juki ditangkap dan diadili oleh pemerintah Hindia Belanda kala itu dan dijatuhi hukuman mati dengan cara digantung.
Konsekuensi ini sekaligus sebagai peringatan bagi masyarakat agar tidak melakukan perbuatan kriminal.
Salah satu aspek penting dari "Kaba Siti Baheram" adalah pesan moral yang terkandung di dalamnya.
Kaba ini berfungsi sebagai peringatan bagi masyarakat tentang bahaya perjudian dan konsekuensi tragis yang dapat ditimbulkannya.
Melalui kisah Siti Baheram, kita diajak untuk merenungkan nilai-nilai kemanusiaan dan pentingnya menjaga integritas serta tanggung jawab sosial.
Dari tinjauan antropologi sastra terhadap "Kaba Siti Baheram", jelas terlihat bahwa perjudian memiliki dampak luas baik pada individu maupun masyarakat.
Melalui Kaba Siti Baheram ini, kita memahami bahwa perjudian bukanlah perbuatan yang dibenarkan.
Perjudian dapat merugikan diri sendiri dan orang lain, perbuatan ini memiliki konsekuensi serius yang dapat menghancurkan kehidupan seseorang dan merusak tatanan sosial.
Oleh karena itu, penting bagi masyarakat untuk menyadari risiko-risiko ini dan mengambil langkah-langkah untuk mencegah penyebaran praktik perjudian demi kesejahteraan bersama.
Pendidikan tentang bahaya perjudian serta dukungan bagi pemangku kebijakan sangat diperlukan untuk membangun kesadaran kolektif akan masalah ini.
Dengan pendekatan komprehensif yang melibatkan regulasi ketat dan edukasi publik, diharapkan dampak negatif perjudian dapat diminimalisir demi kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan.
Kaba Siti Baheram bukan hanya sebuah cerita; ia adalah cermin bagi kita semua untuk merenungkan tindakan kita dan dampaknya terhadap orang lain serta lingkungan sosial kita. (***/)
Penulis: Wahyu Saptio Afrima, Mahasiswa Sastra Minangkabau, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Andalas. Duta Budaya Padang Pariaman 2021, Aktif berkegiatan di Lembaga Mahasiswa Jurusan Sastra Minangkabau.
Mohon Berkomentar Dengan Bahasa Yang Sopan. Terima Kasih