Jangan Biasakan Membentak Dalam Mendidik Anak : Mematikan Milyaran Neuron Sel Otak Secara Permanen

0

Oleh : Dr. Elinda Rizkasari.,S.Pd.,M.Pd, Dosen prodi PGSD Unisri Surakarta


Penulis


BALITA merupakan salah satu umur anak dibawah lima tahun dimana pada fase tersebut anak akan hiperaktif serta tidak bisa diam ketika beraktifitas. 


Tidak jarang anak yang aktif membuat orang tua jengkel atau dibilang stigma nakal oleh orang tua mereka.


Tidak ada istilah "anak nakal" dalam bidang pendidikan; yang ada adalah anak yang aktif, karena anak-anak ketika lahir seperti kertas putih tanpa noda. 


Dimana peran orang tualah sosok yang paling penting bagi mencetak sikap, karakter, adab bagi anak. Meskipun pada penelitian menunjukkan bahwa orang tua mewarisi genetic dari kedua orang tua, tetapi prosentase genetic itu lebih besar daripada peran pola asuh pada anak.


Studi Penelitian pada anak baru-baru ini menunjukkan bahwa warisan genetik orang tua memengaruhi tingkah laku anak; sekitar 40-60% dari kecerdasan dan sifat anak diturunkan dari kedua orang tua.


Namun, lingkungan dan pengalaman juga memainkan peran penting dalam perkembangan tingkah laku anak. Namun, sekitar 60% yang tersisa lebih banyak dipengaruhi oleh peran orang tua dalam mendidik anak mereka.


Di negara Indonesia, presentasi orang tua yang merasa depresi dalam mendidik anak setiap tahun semakin meningkat. 


Penelitian mengenai frustasi orang tua dalam mendidik anak menunjukkan bahwa banyak faktor yang bisa menyebabkan frustasi, mulai dari tekanan ekonomi, kurangnya dukungan sosial, hingga kesulitan dalam memahami materi pembelajaran anak. Stres atau depresi ini dapat memengaruhi kesehatan mental orang tua dan kualitas pendidikan anak.


Ada dua penyebab faktor, dimana menyebabkan orang tua merasa frustasi, depresi dalam mendidik anak. Dari faktor Internal penyebabnya antara lain: Tekanan ekonomi, Kurangnya dukungan sosial, kurangnya pemahaman materi, kesulitan memotivasi anak dan tekanan sosial. 


Sedangkan dari faktor eksternal disebabkan oleh Gangguan Kesehatan mental, Kualitas Pendidikan anak, Perilaku negative anak.


Studi baru-baru ini di Indonesia menemukan bahwa sebagian besar orang tua membentak anak mereka, terutama mereka yang berusia di bawah lima tahun. 


Penelitian menunjukkan bahwa membentak anak memiliki dampak negatif pada perkembangan psikologis dan perilaku anak, termasuk kesulitan dalam belajar, masalah perilaku, dan bahkan gangguan emosional seperti depresi. 


Membentak juga dapat merusak hubungan antara orang tua dan anak, serta tidak memberikan contoh komunikasi yang baik.


Berteriak atau membentak anak dapat merusak satu miliar sel otak, dan kekerasan fisik dapat merusak hingga sepuluh miliar sel otak anak secara instan. 


Miliaran sel otak dapat rusak akibat bentakan dan tekanan emosional. Ledakan emosi juga akan berdampak pada tumbuh kembang anak.  Seorang dokter otak dari Neuroscience Indonesia, Dr. Amir Zuhdi, menyatakan bahwa teriakan yang dibuat oleh orang tua jelas menakuti anak.  


Bentakan serta teriakan yang dilakukan orang tua kepada anak bisa menyebabkan anak menjadi trauma serta ketakutan sehingga akan menyebabkan peningkatan pada hormon kortisol secara berlebihan, dimana hormon ini apabila produksi berlebihan didalam tubuh anak bisa merugikan perkembangan otak.


Dengan peningkatan hormon kortisol dalam tubuh, koneksi neuron di otak terputus. Ini merusak struktur otak, yang menghambat pertumbuhan sel otak baru dan mempercepat kematian atau kematian neuron di otak anak. 


Oleh karena itu, membentak anak tidak hanya memengaruhi perilaku tetapi juga kesehatan dan perkembangan otak.


Penelitian yang dilakukan oleh Lise Gliot menunjukkan bahwa membentak anak dapat membunuh miliaran sel otak. 


Namun, kasih sayang dan cinta kepada anak sebenarnya memperkuat dan membantu perkembangan sel. Menurut ahli neuropsikologi, memberi anak batasan yang jelas tanpa membuat mereka takut membantu mereka menjadi lebih percaya diri.


Mendidik anak seringkali merupakan tugas yang sulit dan tidak mudah. Namun, mencoba mengontrol perasaan Anda, mengakui kesalahan Anda, dan meminta maaf pada anak Anda adalah pelajaran yang sangat mendidik.


Orang tua juga tidak boleh memaksa atau marah anak mereka. Sebaliknya, mereka harus berkonsentrasi pada komunikasi yang baik, memberikan pilihan, dan membuat lingkungan yang mendukung untuk membantu anak balita yang sulit dikendalikan. 


Kita sebagai orang tua harus introspeksi diri, menjadi contoh yang baik, dan mengajarkan anak-anak Anda untuk belajar dari pengalaman mereka sendiri.


Sebagai orang tua, "sabar" adalah kunci dalam mendidik anak, karena dengan sabar Anda dapat menyelesaikan masalah mendidik anak. Ketika kita tidak sabar, maka kita akan membentak anak yang efeknya akan merusak masa depan anak secara permanen. Hal ini tentunya menjadi Pekerjaan Rumah (PR) bagi kita semua yang wajib harus kita renungkan secara bijak. (***/)


Posting Komentar

0Komentar

Mohon Berkomentar Dengan Bahasa Yang Sopan. Terima Kasih

Posting Komentar (0)

#buttons=(Accept !) #days=(20)

Our website uses cookies to enhance your experience. Learn More
Accept !
To Top