Nama-Nama Panggilan di Minangkabau, Cermin Identitas dan Budaya

0


Oleh : Nabila Zahara/Mahasiswa Sastra Minangkabau Fakultas  Ilmu Budaya Universitas Andalas


Gambar ilustrasi


Minangkabau, salah satu suku bangsa terbesar di Indonesia yang mendiami wilayah Sumatera Barat, memiliki kekayaan budaya yang begitu kompleks dan menarik untuk dikaji. 

-----------


Salah satu aspek budaya yang mencerminkan kedalaman nilai-nilai sosial masyarakat Minang adalah sistem nama-nama panggilan. 


Nama panggilan bukan sekadar sapaan, melainkan simbol hubungan, status, dan identitas dalam masyarakat. 


Dalam konteks adat Minangkabau yang matrilineal, nama panggilan juga sering mencerminkan garis keturunan, kedudukan dalam keluarga, dan peran sosial.


1. Sistem Kekerabatan Minangkabau


Untuk memahami nama-nama panggilan di Minangkabau, kita harus memahami terlebih dahulu sistem kekerabatan mereka yang unik.


Minangkabau menganut sistem matrilineal, di mana garis keturunan ditarik dari pihak ibu. 


Hal ini berpengaruh besar terhadap cara seseorang dipanggil atau menyapa orang lain dalam struktur keluarga dan masyarakat. 


Dalam struktur keluarga Minang, seseorang memiliki banyak kerabat yang memiliki nama panggilan berbeda-beda, tergantung pada hubungan darah dan posisi dalam garis keturunan ibu.


Sebagai contoh, paman dari pihak ibu disebut mamak, dan ia memiliki peran penting dalam kehidupan anak-anak kemenakannya, bahkan lebih besar dari peran ayah kandung dalam beberapa aspek adat.


2. Nama Panggilan Berdasarkan Hubungan Keluarga


Nama-nama panggilan dalam keluarga Minangkabau sangat terstruktur.


Mamak : Panggilan untuk saudara laki-laki ibu. Mamak adalah sosok yang sangat dihormati dalam keluarga. Ia bertanggung jawab atas keponakannya (anak saudara perempuannya), baik dalam pendidikan, adat, maupun ekonomi.


Uni : Panggilan untuk kakak perempuan, biasanya dari adik laki-laki atau perempuan. Kata ini juga bisa digunakan sebagai sapaan sopan kepada perempuan yang lebih tua.


Uda : Panggilan untuk kakak laki-laki. Digunakan oleh adik-adiknya atau oleh orang lain untuk menunjukkan rasa hormat terhadap pria yang lebih tua.


Mak atau Amak : Panggilan untuk ibu. Dalam beberapa daerah di Minangkabau, kata ini juga bisa digunakan untuk menyapa wanita yang lebih tua secara hormat.


Ayah atau Apak : Panggilan untuk ayah. Namun peran ayah dalam adat Minangkabau lebih banyak di rumah istri, karena sistem matrilineal membuat laki-laki biasanya tinggal di rumah istrinya (matrilokal).


Adiak atau Adik: Panggilan untuk saudara yang lebih muda, baik laki-laki maupun perempuan.


3. Nama Panggilan Adat


Selain nama panggilan dalam keluarga, Minangkabau juga memiliki sistem nama adat atau gelar adat. Gelar ini biasanya diberikan kepada laki-laki setelah melalui proses tertentu, seperti pernikahan atau pengangkatan sebagai pemimpin adat (penghulu). Contohnya :


Sutan, Sidi, Datuk, Bagindo, Malin, Rajo : Ini adalah nama-nama gelar adat yang memiliki arti khusus dan diberikan dengan upacara adat tertentu.


Misalnya, seseorang bisa disebut Datuk Rajo Nan Balimo, yang artinya ia memiliki posisi sebagai salah satu dari lima penghulu penting di suatu nagari (desa adat). Nama ini bukan nama lahir, melainkan gelar sosial.


4. Nama Panggilan Sehari-hari


Dalam kehidupan sehari-hari, masyarakat Minangkabau juga sering menggunakan nama-nama panggilan yang lebih santai dan akrab, seperti :


Mak Itam, Mak Uniang, Mak Uwo : Ini adalah bentuk sapaan yang juga menunjukkan kedekatan dan keakraban, biasanya disesuaikan dengan warna kulit atau ciri khas seseorang (misalnya Itam berarti hitam, merujuk pada warna kulit atau rambut).


5. Fungsi Sosial dan Budaya


Nama-nama panggilan di Minangkabau bukan hanya sekadar sebutan, tetapi mencerminkan struktur sosial yang kompleks. 


Mereka mengandung nilai-nilai seperti saling menghormati, kedekatan emosional, serta tanggung jawab sosial dan adat. 


Dalam setiap nama panggilan, tersimpan harapan dan panduan perilaku terhadap orang yang dipanggil.


Misalnya, memanggil seseorang dengan sebutan Uda atau Uni menuntut kita untuk bersikap sopan dan menghormati, karena mereka adalah orang yang lebih tua. 


Begitu pula dengan mamak, yang secara budaya memiliki peran mendidik dan menjadi teladan.


6. Bahasa Ringan : Raso Urang Awak Lewat Panggilan


Urang Minang tu unik. Dari caro bacarito, mangaji, manjalang, sampai babarito, kabeknyo punyo caro tersendiri. 


Tapi ado satu hal nan kadang indak disadari : bahaso panggilan. Indak sekadar nyoal menyebut nama, tapi itu bagian dari raso, dari adat, dari hubungan kekerabatan nan kokoh.


Di Minang, anak panggilan mamaknyo bisa lebih tinggi dari ayahnyo. Lah banyak urang awak tau, mamaktu sanak jo urang tuo nan punyo tanggung jawab gadang dalam ka hidup anak kamanakan.


Contohnya :


“Mamak, ambo lah tamat SMA, lah buliah ambo marantau ka Jakarta?”


Di kampuang, walau ado banyak nan lah di rantau, tradisi manggaleh dengan panggilan adat masih kuat. 


Bahkan di tanah rantu pun, urang awak kadang dipanggil dengan nama kampuang atau gelar adatnyo. (**/)

Tags

Posting Komentar

0Komentar

Mohon Berkomentar Dengan Bahasa Yang Sopan. Terima Kasih

Posting Komentar (0)

#buttons=(Accept !) #days=(20)

Our website uses cookies to enhance your experience. Learn More
Accept !
To Top